Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kucar-kacirku

14 Oktober 2019   06:38 Diperbarui: 14 Oktober 2019   07:32 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tung tang dek! Mang ming mung meooong. Adab telah terlempar kedasar jurang, ikan asin terbiarkan walau perut lapar. Saru, seru, rusuh, rubuh. Masing-masing kita memikirkan sejengkal angan, kenyataan? Masih belum menyentuh perasaan dan pikiran. Mengerikan

Kucar-kacir ku, car kucir cir ku car, acar ku cir pacar ku car. Kucar-kacir karena kuatir, kekuasanmu? Kedudukanmu? Dinastimu?lah aku gimana? Aku yang mengangkatmu? Aku yang mendukungmu?masak aku yang harus menjatuhkanmu! Kurang kerjaan apa.

Mangan ora mangan asal kumpul. Jangan makan,jangan ada makanan, jangan saling makan, apalagi jangan sampai saling mengumpankan. Perbuhan zaman? Memang zaman edan! Yen ora edan ora kedhuman.

Jauh dahulu kala saat si empunya cerita masih hidup di gua, makan apa saja karena masih melimpah, hidup masih sederhana tanpa wifi apalagi group WA. Semua bahagia, semua berwajah cerah, hujan-hujanan hal biasa. Hujan air mata? Jauh mbakyu!

Di tunggu loh pak dhe janjimu hari ini, janji yang mana? Memang pernah janji? Atau kamu-kamu yang kemakan mimpi??? Tak suiti tiga kali. Rumitnya hidup di zaman ini, janji saja sulit di tepati, apalagi menepati janji? Lah podo to.

Bagan batu 14 oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun