Bunda, adakah di selembar nyawaku tanpa doamu? Adakah di sekujur tubuhku tanpa darahmu? Air mata telah engkau persembahkan, butiran keringat engkau cucurkan. Tak terkira derita mesti di tahan, jerih payah tak berharap pamrih penuh ketulusan
Bunda, adakah aku telah berbakti kepadamu? Adakah setetes air susumu mampu aku tebus dengan hidupku? Betapa aku telah angkuh melupakanmu, menimbang kebaikanmu dengan secuil harta miliku. Sungguh aku telah keliru, memaknai kasih sayang yang hakiki
Bunda, maafkan salahku. Berjuta kenangan itu akhirnya menamparku, menggores kesadaran yang sempat hilang di permainkan kehidupan, terombang-ambing  di samudera luas kehampaan. Kasih sayangmu akhirnya menghantarkan, seberkas sinar menunjukan jalan
Bunda, ingin ku bersujut di kakimu, memohon ampun setiap salah yang seperti menikamku. Jangan pernah menetes lagi air matamu, detik ini aku kan menjagamu. Bunda, ampunanmu paling ku rindu, senyumu adalah fajar kehidupan bagiku
Bagan batu 9 oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H