Seorang lelaki berbicara pada lampu taman, tanganya terkepal menahan kemarahan. "Mengapa rembulan tak mau mendengar keluh kesahku? Mengapa gelapnya malam begitu tega menipu mimpiku?"Â
Angin berhembun tertahan suara rintihan, lelaki itu menangis terguncang perasaan, lampu taman berdiri mematung mendengarkan, tak sepata kata ia mau menyela dan bertanya. Di biarkan lelaki itu menumpahkan segala resah, membasahi rumput teki dengan air mata
"Aku resah karena bulan tak menjenguku malam ini, aku sunyi karena bintang tempatku bernyanyi meredupkan diri" Â terbuncah semua derita lelaki itu, di lampiaskan pada aduan tak berkesudahan
Lampu taman tak berkedip walau sebentar, ingin ia memberi tahu apa yang ia tahu, bahwa dirinya kepanasan dan kehujanan, berdiri mematung tanpa peluang mempunyai teman. Tapi tabah telah menjadi pasangan, derita di kalungkan dengan senyuman
Lelaki itu lelah dengan memeluk lampu taman, berharap jawaban kan datang bersama igauan. Sepanjang malam menunggu kepastian, namun lampu taman tetap kukuh tak memberi bisikan
Bagan batu 8 oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H