Di lorong sempit sebuah kota malam ini, seorang lelaki telah menghitung sunyi berulang kali, memandang kegelapan yang menyilaukan, berharap bayangan kan tercipta dari kelam, setidaknya ada garis lurus tercipta di pekatnya malam
Ini tentang lelaki yang mulai memaknai gelap sebagai sinar, terbelalak mata menyaksikan indah dalam hayalan, atau merasakan sunyi padahal riuh tak pernah mati. Sulit di mengerti, bahkan bagi makhluk malam yang paling hakiki
Kemana langkah membawa ke ujung malam, berharap ada penjelasan apa yang terjadi, orang lalu lalang dengan wajah tegang. Mungkinkah mereka mengejar harapan? Ataukah siang tidak cukup memenuhi mimpi, Â lelaki itu hanya ingin yang pasti
Dingin mulai menyergap persendian, angin malam berulang kali mengingatkan, mengapa meracun diri demi hayal tak berkesudahan, mengapa merajam malam untuk memenuhi mimpi tidur nanti. Lelaki itu tak pernah peduli, malam adalah tempatnya menunaikan janji
Bagan batu 7 oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H