Aneka wajah tergambar di gelas kaca, masing-masing guratan cerita terpampang begitu saja, tiap kelok dan lubang peristiwa meninggalkan setitik tanda. Memelas wajah sayu di dera prahara, sumringah raut wajah bersinar karena bahagia, semua bertumpuk memenuhi ruang di cakrawala
Aku berhenti sejenak di titik ini, memandang cermin diri melaju sepi, ada bayang-bayang kepiluan mengikuti, entah kemana cerita bahagia yang pernah ku raih. Berhenti sekedar menghembuskan napas dari kedalaman jiwa, menghirup sepuasnya hawa segar suasana
Berhenti sejenak untuk membasuh hati, mengusap perlahan debu perjalanan yang mengotori, mungkin disela-sela perasaan tersimpan dengki, hingga perjalanan acap kali jatuh melukai diri
Mematung dan terpaku di bawah matahari, menyerap energi murni membilas nurani, saatnya untuk pergi, saatnya melangkah kembali. Berhenti hanya sementara, mengeluh hanya dalam dada. Bila hati telah penuh lagi bersih, bila jiwa bersinar kembali dengan murni, langkah pertama adalah bagai terbang menggapai mimpi
Bagan batu 7 oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H