Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Puisi | Menjerit tapi Hati Tetap Berderit

5 Oktober 2019   12:28 Diperbarui: 5 Oktober 2019   12:37 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan puncak gunung yang tak mampu didaki, bukan dalamnya samudera yang tak rampung diselami, sepanjang perjalanan yang melintasi berjuta rintangan, memahami keinginanmu adalah kesukaran

Ingin menjerit tapi angin tak memberi ijin, ingin menumpahkan segala resah tapi langit telah penuh keluh kesah, mungkin diujung cakrawala ada setitik masa, melabuhkan segala gunda menuang gelisah

Aku hanya ingin memahamimu, menyamakan irama langkah agar senada, menyatukan dua hati dengan cita-cita yang sama. Mungkin terlalu muluk bagimu, mungkin terasa hampa rasamu

Jika barisan kata akhirnya menikam dada, menjeritpun tak lagi bersuara, akankah hati bisa bersama dalam berbeda, ataukah ini pertanda kita telah mengakhiri cerita

Bagan batu 5 oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun