Engkau yang ada di sana, di bawah sebatang pohon yang bercabang ganda, menunjukan kebimbangan hingga berguguran daunya. Berteduh menyembunyikan sepi dari kejaran keramaian yang menyiksa
Ranting-ranting kurus tak lagi terurus,satu dua ulat bulu menatap resah dunianya yang gersang. Kemana perginya hijau daun setelah peperangan api dan air, hanya menyisahkan kenangan tentang kedamaian yang terakhir
Engkau coretkan aneka kata di batang pohon yang hampir rebah, arang hitam sisa pembakaran jadi tinta yang mengharukan. Jejak-jejak peradaban telah terpanggang, aroma keindahan telah bertumbangan
Satu bait lagi sebelum pohon tempatmu berteduh akan mati, meranggas memutus napas yang tiada arti. Daun telah lama pergi, akar menghujam bumi tapi tak kokoh lagi,hanya bait puisi ini yang masih di nanti, semilir angin adalah lagu duka cita yang mengiringi
Bagan batu 27 agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H