Terik datang menyapu gusar dari pucuk rerumputan, ikan berenang sambil memainkan kecipak air di permukaan, sesekali burung elang menyambar lalu terbang, seakan menggambarkan hatiku yang sedang terbakar
Sayup-sayup di hutan yang terbakar sebahagianya, siamang memekik berang pada siapa saja yang mendengar, "mengapa habitatku terkorban, mengapa alamku terpanggang"
Hatiku menggelepar di tumpukan arang sisa kayu terbakar, hitam legam pada pandangan, suram terbentang pada harapan. Tangan siapakah yang sebabkan kerusakan, hati yang keji manakah timbulkan kehancuran
Kupalingkan wajah pada danau yang sunyi membisu, seakan murka pada bangsaku yang tak jua berhati pilu. Alam di sembelih dengan aneka dalih, habitat di tumpas sebagai pemuas
Bagan batu 21 agustus 2019
*ditulis dari atas onggokan arang hitam sisa hutan yang terbakar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H