Di setiap tetes air hujan engkau memanggil namaku, mengirimkan pesan kepada awan, menyatakan kerinduan pada burung camar yang beterbangan. Aku mendengar tapi tak mampu beri jawaban, aku merasakan tapi tak mampu beri kepastian
Di antara sekat-sekat pemisah jumpa, di sela-sela tabir penghalang pandangan dari ingin bersama, aku mampu merasakan getaran itu selalu menderu, mengguncang setiap sudut terdalam di dasar kalbu
Ketika engkau memanggil namaku dengan jalaran rindu, bagai ribuan arus listrik menyentakan kesadaranku. Tapi selubung tipis bagai jurang pemisah tak bertepi, jauh dari jangkauan hati, walau dekat dalam pandangan mata
Panggilah namaku berulang kali, berharap getaran yakinmu merobohkan dinding pemisah terjadi. Kan ku balas ribuan kali, walau suaraku hanya terdengar bagai angin sunyi
Bagan batu 27 juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H