Engkau menungguku di lipatan buku diary usang merah jambu, sampul telah tekelupas di makan waktu, tinta menyatu dengan kertas seakan cinta sejatimu. Tertulis namamu di setiap waktu, berhiaskan torehan emas permata, ditemani puisi indah tentang cinta
Bersama angin kusampaikan ingin, betapa setiap kata ingin mengenangmu adalah indah, setiap judul cerita adalah nyata. Engkau dan aku pernah bersama di setiap halamanya, mengarungi titik dan koma dengan suka cita
Kini mungkin engkau hendak menggugat waktu, yang telah kejam memisahkan kebersamaan dengan kerinduan. Duduk berdua di antara figura, menatap indahnya matahari yang bekejaran dengan senja
Ini mungkin bab ter akhir yang bisa terbaca, banyak kata-kata berubah dengan sendirinya, engkau tetap setia menungguku, engkau tetap tersenyum menatap jalan pulangku.Â
Bagan batu 22 juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H