Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Mendaki Puncak Hakikat Diri

16 Juli 2019   07:12 Diperbarui: 16 Juli 2019   07:24 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Doa-doa telah di langitkan, jutaan pasrah yang berawal dari harap, tikungan-tikungan perjalanan yang menyerap. Pada pagi dan senja yang silih berganti, pada awal malam dan akhirnya yang membumbung tinggi

Tangga pertama berisi penyerahan jiwa, dengan air mata dan sesal membilas dosa, menuangkan aneka khilaf dengan keikhlasan. Menapak anak tangga demi anak tangga, mengikat jiwa pada sang pencipta

Tiada tujuan sejatinya tujuan, tiada persinggahan sebenar persinggahan. Pada sang pencipta awal kejadian, pada sang pemelihara kesucian jiwa di pasrahkan, pada-NYA yang menulis dengan kalam

Mungkin ini perjalanan yang sunyi, tida harap puja dan puji. Kwalitas diri hanya untuk sang pemberi, kemantapan jiwa bagi sang pemilik akhir yang sejati. Mendaki puncak hakikat diri, menyibak hijab yang menyelubungi mata hati

Bagan batu 16 juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun