Memulai perjalanan dengan impian, mengakhirinya dengan indahnya kenyataan, begitu yang engkau ucapkan, begitu tekat kita tentang hubungan. Dari titik nol derajat kita berjalan, menggendong kata setia sebagai jembatan, bergandeng tangan menyusuri garis khatulistiwa yang membentang
Tapi ekuinoks segera menyadarkan, bahwa titik panas prasangka telah di atas segala cinta. Bagai tombak yang siap menghujam, bagai trisula bermata tiga yang mengerikan. Badai salju tak mampu membuat beku, tajamnya kilau api cemburu meruntuhkanmu
40.070 kilometer kita melintasi khatulistiwa, menyinggahi kutub utara hingga mendidih gunung saljunya, "Ini karna hangatnya cinta kita". Itu dulu, ketika langit malam masih berisi bintang, ketika sang awan masih setia mengingatkan. Inilah kenyataan
Bagai garis imajinasi yang membelah perasaan, mengharamkan perjumpaan setelah janji setia di tinggalkan. Ketika engkau bukanlah engkau, percuma kita bergandengan tangan selama perjalanan. Karena akhir yang indah tak pernah jadi kenyataan, hanya ilusi yang menipu hati dan melukai perasaan
Bagan batu 8 juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H