Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Nak, Peluklah Ayah

27 Juni 2019   12:13 Diperbarui: 27 Juni 2019   12:56 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika mentari datang membakar, angin gersang hendak marah menerjang, aku tak pernah segalau hari ini, aku tak pernah risau seperti saat ini. Ketika fajar harapan semakin tinggi, ketika bintang di hati mulai berlari

Nak, peluklah ayah. Segala lelah segera sirna, perih dan pedih perjuangan segera terobati. Padamu ku pasrahkan tujuan arah perjalanan, padamu kusandarkan segala cinta yang abadi

Nak, peluklah ayah. Rengkuhan tangan kecilmu hangatkan pelangi, tawa candamu mekarkan aneka bunga di taman hati. Tak terkira beratnya perjalanan, tak terukur beban yang di pikul, senyum kecilmu musnahkan  segala lelah, ciptakan telaga bahagia yang tak terkira

Nak, peluk ayah sekali lagi. Kan ku jadikan bekal pembuka jalan, kan ku jadikan tonggak dalam kesulitan. Segala bahagia seakan bersama mata beningmu, segala derita menjauh seiring gelak tawamu

Nak, peluk ayah sekali lagi, lagi, dan lagi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun