Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bertemu di Gersangnya Hati

5 Juni 2019   12:36 Diperbarui: 5 Juni 2019   12:39 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering aku bertanya pada sungai yang mengalir, tidakkah berat membawa aneka sampah hingga ke hilir? sungai hanya pasrah, sungai tak mau mengakuinya

Tapi air matamu yang terbunca bersama riak yang memecah, menyiratkan kepedihan hati yang tak terkira. Engkau hanya diam, tapi bila sampai larut malam tak jua datang menjemputnya, sungai kan meratap sedih di sunyi pagi nan merana

Lalu mengapa kita yang dianugerahi akal budi untuk memilah, membiarkan aneka sampah menyesakan dada. Tak inginkah kita  meringankan langkah dari aneka kotoran penghitam jiwa

kini di hari yang mataharipun tersenyum menyapa bumi, mengapa kegersangan hati tak hendak diakhiri. Engkau dan aku kembali menanam bibit penyejuk hati, agar kegersangan yang pernah terjadi, tak pernah kembali hingga akhir nanti

Bagan batu 5 juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun