"Maaf den,boleh Simbok mohon izin bicara sebentar?"
Ku pandang sebentar wajah pembantu setiaku ini,sepertinya ada sesuatu yang serius hendak ia sampaikan.tapi seorang seperti mbok Sauzah,hal penting apa yang hendak di sampaikan.
"Silahkan mbok,sepertinya ada sesuatu yang penting"
Ku lihat sejenak keraguan seperti hendak mencegahnya untuk berbicara.
"Ada apa,mbok"
"Maaf den,puluhan tahun saya kerja di sini,aden dan keluarga tidak pernah mencela pekerjaan saya.tapi sekarang aden seperti mencurigai kesetiaan dan pengabdian saya"
Ku tarik napas panjang,seakan ribuan kata kata untuk menjelaskan masalah ini terbang entah kemana.padahal aku adalah seorang majikan,dan mbok Sauzah pasti tahu itu.
"Apa ini karena pilpres 2024"
Suara mbok Sauzah seperti hampir hilang ketika menyebut pilptes 2024,bahkan rasa gemetarnya lebih dominan di setiap hurufnya
"Mbok,aku hanya ingin berhati hati,pilpres itu bukan perkara main main.itu hidupku,itu juga matiku"
Suaraku sudah seperti seorang capres,padahal 2024 masih jauh.dan sekarang yang ada di depanku adalah mbok Sauzah,pembantu setiaku.