Sejenak aku terdiam, di tengah tengah kerumunan berita yang berseliweran, mengapa jadi seperti ini bumi pertiwi, haruskah anarki menjadi solusi dari kecamuk diri
kemana larinya para politisi yang rajin menebar duri, kemana perginya para pembesar bangsa yang slogannya cinta negeri sendiri. Mengapa dibiarkan rakyat saling menyakiti, mengapa tak dicegah mereka membakar hati
Bukankah bangunan ini kita dirikan bersama-sama, mengorbankan jiwa dan raga para ksatria. Mengapa engkau kini ingin membakarnya, mengapa kini engkau ingin merobohkannya
Tidakah engkau dengar bunyi seruling anak gembala, menyanyikan indahnya panorama Indonesia dalam kedamaian. Engkau, aku, mereka adalah jiwa yang sama, satu nusa, satu bahasa, satu bangsa.
22 mei  bumi pertiwi bersedih hati, melihat tontonan ketamakan akan kekuasaan, menyaksikan rasa angkara murka menguasai jiwa. Tangisan bumi pertiwi mungkin tak lagi engkau dengar, karena hati dan jiwamu dipenuhi api permusuhan
Bagan batu 22 mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H