Bulan sedang berdialog dengan mendung,hanya cahaya temaram yang masih tega mengunjungi resah hatiku malam ini.sepertinya segala yang cerah telah bersepakat membiarkanku menata ulang alur segala pikiran dan perasaan.
Ku pandang sejenak ke tuju anaku yang sedang syahdu melantunkan ayat ayat suci silih berganti.sungguh pemandangan syurga yang di hadirkan tuhan ke hadapanku dengan segera,nikmat dan karunia di atas segala yang pernah ada.
"Pak,...mengapa kita tidak membeli baju lebaran?"
Aku tahu ini adalah lebaran pertamanya yang mampu ia cerna dengan kemampuan akalnya.Al Hafidz namanya,anak kecilku yang sedang gemar gemarnya bertanya banyak hal,dan ingin tahu semua yang ada yang terlihat di mata
Pasti teman teman sepermainanya sudah bercerita kepada anaku tentang indahnya lebaran.baju baru,uang baru,aneka macam hidangan dan segala macam yang mungkin telah di ceritakan dengan nada di lebih lebihkan,ku maklumi untuk anak seusianya.
"Nak,...lebaran kali ini tetap tanpa baju baru" ku buat selembut mungkin nada suaraku,bahkan para syetan yang bersemayam di hati inipun ku yakini sedang berebutan mencuri dengar kata kataku tadi
"Nak,...lebaran itu tidak musti harus dengan baju baru,Rasulullah yang manusia mulia,tempat kita mencontoh dan meniru segala ajaranya justru menganjurkan kita memperbanyak sedekah,takbir,berzikir,memuji kebesaran ALLAH"
Aku tidak tahu apakah semua anaku faham dengan kalimat yang ku ucapkan barusan,tapi aku meyakini bahwa ALLAH pasti memberi setitik pemahaman bagi siapa saja yang tetap berusaha mensucikan hatinya.
bagi anaku yang sudah beranjak dewasa,ini adalah rutinitas tahunan.lebaran tanpa di sibukan dengan urusan baju baru.
"Nanti ku jahit baju kepunyaan abang,tinggal pasang mata kancing yang tanggal,bisa untuk lebaran"
Samar samar ku dengar percakapan di antara anak anaku,mungkin mengundang iba bagi orang lain yang mendengarnya,mungkin mengundang cibiran bagi orang yang tak faham.