wahai angin yang tercipta dari rasa malas kepak sayap burung pelikan, yang bertiup dari cela cela jendela jiwa yang merana. Mengapa tidak engkau kuliti seluruh perasaan jemu yang mengganggu, menyibak habis kenangan manis tapi berujung gerimis
di puncak penantian aku tetap bertahan, pecahkan kaca kaca mati melukai hati, remukan batu batu kali penyumbat pedih. Tlah ribuan kali ku teriakan namamu, ku alirkan lewar irama deburan ombak yang berdendang, bahkan dalam diamnya penantian, namamu ku pahatkan di atas awan
Biarkanlah ujung waktu mempermainkan penantianku, mencabik cabik cuilan hati sambil berbisik, "mampukah engkau merajam rasa rindu agar tak membatu." Aku hanya diam,bahkan ketika waktu mulai jemu menggodaku
Bagan batu 18 mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H