Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Rumah Mungil di Tepi Langit Mati

15 Mei 2019   22:46 Diperbarui: 15 Mei 2019   23:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenang hadirmu kembali merajut mimpi,memetik kuntum harum putih melati.melukis tentang senja yang tak pernah berhenti mencintai sunyi

kita berdua pernah berjanji sehidup semati,menanam akar kayu jati,membingkai lukisan tentang cinta abadi di lorong mimpi.engkau begitu bahagia,sehingga senyum manismu tiap sekejap pasti menghiasi langit mati

rumah mungil di tepi langit mati bagaiakan saksi,memadukan dua hati yang rindu akan kebahagiaan sejati.rumah yang berlantaikan kesetiaan dan beratap pengorbanan,menciptakan berjuta memory tentang arti ketulusan

kini setiap purnama menjelang,ku bakar segenggam rindu di ujung malam.berharap aroma penantian kan membangunkanmu dari tidur keabadian.begitu yang slalu ku lakukan,hingga tuhan menghantarkanku melintasi waktu untuk menemui dirimu

Bagan batu 15 mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun