Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Makan Siang

18 Maret 2019   11:02 Diperbarui: 18 Maret 2019   11:08 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : AP/hammadi issa

Ketika makan siang tlah lahap ku santap,perut terasa kenyang mata seperti menguap

Tiap suapan adalah jalan kehancuran,tiap butiran adalah tangga menuju azab

Aku masih belum mampu berbagi,aku masih belum iba memberi

Kata kata hanya ucapan pemanis,rasa lapar mendominasi minta di isi

Entah terbuat dari apa hatiku,entah tercampur racun apa jiwaku

Jerit tangis tak menyentuh,rasa iba pun pergi menjauh

Makan siangku bukan kenyangmu,suapan nasiku adalah deritamu

Jiwa jiwa yang teronggok di belai debu,berharap suapan sebagai penyembuh

Bagan batu 18 maret 2019

Nb : hari ini kita kenyang,hari ini mereka menggelepar menahan lapar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun