Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Kafir" Bukan Kata untuk Saling Melukai

6 Maret 2019   17:11 Diperbarui: 6 Maret 2019   17:29 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebenarnya bimbang hati saya ketika hendak memulai menulis artikel ini.bahkan untuk memilih gambar yang tepatpun untuk melengkapi tulisan ini,hati sudah tak bisa di ajak berdiskusi.

Tapi sesak di dada melihat polemik yang menghangat di tengah tengah masyarakat tentang istilah "kafir"membuat saya membulatkan tekat untuk sekedar meneduhkan suasana.

Membahas masalah keyakinan,yang merupakan urusan sangat sangat pribadi,sesuatu yang merupakan suatu hak azazi manusia yang melekat pada diri pribadi tiap individu,bagaikan bermain korek api di tengah tengah lautan minyak .silap kata silap ucapan,bukan kesejukan seperti niat awal yang di inginkan,tapi kobaran api yang bisa menghanguskan bangunan kemanusiaan yang selama ini susah payah didirikan dan di pertahankan.

Masalah keyakinan sebenarnya sudah selesai sejak indonesia berdiri.bahkan jejaknya masih bisa kita raba dan kita rasa,ketika pada 1928 para pemuda dari seluruh penjuru nusantara ber gabung untuk ber ikrar,satu tumpah dara,satu tanah air,satu bahasa,indonesia.

Para pemuda yang datang dari segala penjuru nusantara,dengan suku yg berbeda beda,tentu dengan keyakinan masing masing yang berbeda pula.ada pemuda islam,pemuda kristen,hindu ,budha dan keyakinan lainya.apakah perbedaan keyakinan di antara pemuda itu menimbulkan perpecahan?,apakah mereka saling gontok gontokan merasa keyakinanya yang paling benar?

Sumpah pemuda menjadi jawaban.bahwa ketika berdiri di ruang kebangsaan para pemuda tidak pernah mempertentangkan masalah keyakinan.tidak ada saling kafir mengkafirkan,tidak ada saling menjelek jelekan.mereka sadar bahwa masalah keyakinan adalah hak azazi setiap orang.perbedaan bukan sesuatu yang harus di pertentangkan.

Puncak dari segala pergulatan semua itu adalah ketika indonesia di proklamirkan.menandai bahwa negara indonesia itu sebuah bangunan kebangsaan yang di topang oleh beragam keyakinan dan agama,beribu suku,beribu budaya dan bahasa.semuanya di ikat sebagai warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Maka bila perdebatan masalah keyakinan dan agama kembali muncul akhir akhir ini,maka besar kemungkinan ada pihak pihak tertentu yang tidak ingin bangunan kebangsaan yang selama ini susah payah kita jaga tetap langgeng selamanya.

Islam agama yang mulia

Bagi saya dan semua ummat islam seluruhnya,wajib meyakini bahwa ajaran islam di turunkan ke muka bumi ini untuk membawa kedamaian dan ketentraman bagi seluruh ummat manusia.islam rahmatan lil alamin.

Islam yang mulia mengajarkan ummat nya untuk berperilaku mulia pula.tidak ada satu ajaranpun di dalam islam yang menganjurkan ummatnya untuk saling bermusuhan dan saling membenci antara sesama manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun