Lelaki tua itu genggam erat tanganku.seakan berlalunya waktu tak ingin di dera rindu.mampu ku rasakan getar gelisah dan resah mengalir deras melintasi pembuluh darah, menerobos angkuh mendobrak relung hatiku,jiwa jiwa kami seakan satu
Ku tuntun perlahan tubuh rentah jawara tua di sebelahku.langkah gemetar,seakan kaki kaki tak mampu lagi menahan beban dosa di masa lalu.pandanganya sayu,berjuta sesal mengoyak ngoyak bagai menderu
Jawara tua yang kini renta,di campakan waktu yang kejam memburu,zaman tak mau lagi bersekutu.bertongkatkan nista di kala senja,beralaskan sengsara menahan derita
Di pandangnya semua benda di sekitar,seakan permohonan maaf tapi bergetar.kepada tiang listrik,kepada trotoar,kepada tong sampah,bahkan kepada debu beterbangan.maafkan ke angkuhanku di masa lalu
tubuh rentah yang kini menyendiri,teronggok sepi berselimut sesal diri.badan menggigil terhimpit dosa,gunda gulana menunggu akhir kan segera tiba.
Bagan batu 26 pebruari 2019
Nb: untuk seorang lelaki tua yang kutemui dalam perjalanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H