AKU TERLUKA
Aku tetap riuh dengan tawa, di linang indurasmi menemani dalam semi. Ligar ku dalam labirin, akan asa pada pahang melati yang berseri. Hasrat berkalang tanah tertimbun dusta, kau enyahkan romansa cinta, yang telah kita bina lewat padika . Tipu daya rasa menjadi sebuah derita, diatas cerita dalam durja.
Kini
Entah kemana kutitip rasa, yang telah terkoyak. Semua bak fatamogana yang menjadi oase di gurun sahara. Separuh raga terkubur dalam palung tabir kepalsuan cinta. Tersandera dalam ketulusan puan dari sebuah kekecewaan masa silam. Kau jadikan aku sebuah pelampiasan, hingga nurani pun kau abaikan.
Langkah terus terjerumus dalam lembah angkara, jiwa kian tak mampu kusapa. Terus bergelut dengan rasa yang berkecamuk. Gemuruh dada tenangkan amuk. Cambuk rajam meninggalkan luka mendalam hingga menjalar dalam aliran darah meracuni kalbu menumbuhkan benih derita tiada kusangka pengorbanan cinta berdiri di atas kerelaan berbalas penghianatan.
Dama yang kudamba hilang musnah, nyata rasamu hanyalah Faktisius. yang membius ilusi tentang elegi. Seberapa keras aku meredam, namun rasa itu semakin dalam. Rasaku padamu utuh, namun rasamu padaku entah.
Sukabumi, 13 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H