kang damin seorang santri yang baru saja menginjak hidup barunya dengan santri yang tlah lama mnjadi idamannya, fatimah. pasar desa didaerahnya menjadi tempat mencari nafkah kang damin. sedangkan mushola di seberang jalan peninggalan leluhur tempatnya kang damin mengabdi. ketika kepulan asap dapur menipis tak jarang kang damin harus pulang hingga saat sang surya bercahaya malas dari ufuk barat.
kurang dari 25 menit mentari tidur pulas dibalik tirai kegelapan, kang damin pulang dengan sisa tenaga. sambutan senyum tenang dari sang istri tercinta pelebur rasa lelah yang menjalar ditubuh kang damin. bergegas mandi dilanjutkan bersantai di ruang tamu sesekali membantu kesibukan sang istri menyiapkan menu buka puasa. kang damin bisa dibilang suami yang sangat tidak tahan melihat raut lelah terlihat diwajah tenang bidadarinya. gaungan adzan magrib datang dan hinggap memasuki lubang telinga. terlihat secangkir kopi hitam bersarang dijari" lentik menghampirinya.
"mas kopi" ya. kopi hitam kesukaan kang damin datang dari ketulusan sang istri dalam melayaninya
"iya, terimakasih"
"gimana mz? enak gk sekarang?" istri kang damin meyakinkan kalau dirinya terus berusaha belajar menyeduh kopi kesukaan pangernnya.
"mmmm, enak terimakasih"
seusai shalat magrib berjamaah dimushola kang damin duduk bersantai di tas tikar ruang tamu. istri kang damin yang pulang lebih awal darinya keluar dari kamar.
"maaf mz. wau kopine asin. adek salah memasukan garam. bukan gula"
kang damin menatap lembut mata indah, seraya tersenyum menghibur sang bidadarinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H