Seperempat dari banyaknya obat modern yang beredar di dunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari tanaman. Obat tradisional merupakan ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan cairan (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang telah digunakan secara turun temurun untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2014). Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tumbuhan yang umumnya terdapat di daerah tropis, khususnya Indonesia. Secara empiris, air kelapa hijau seringkali digunakan dalam penanganan kasus keracunan akut di masyarakat. Dalam air kelapa terkandung zat gizi makro berupa karbohidrat, lemak dan protein serta zat gizi mikro berupa vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung dalam air kelapa yaitu vitamin B (B1, B2, B3, B5, B7 dan B9) dan vitamin C serta Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Air kelapa hijau, dibandingkan dengan jenis kelapa lain banyak mengandung tanin atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi.
Kelapa hijau atau Cocos nuciferacmerupakan tanaman yang seringkali digunakan dalam penanganan kasus keracunan akut di masyarakat. Oleh karena itu dengan adanya persepsi di masyarkat ini kami berupaya untuk melakukan penelitian dengan mencakup informasi tentang buah ini, termasuk komposisi kimianya dan riwayat penggunaannya dalam pengobatan seperti penawar racun, khususnya racun yang disebabkan oleh obat-obatan.
Perlu diketahui bahwa Air kelapa (Cocos nucifera L.) mengandung beberapa kandungan bahan yang dapat membantu pembentukan darah yaitu asam folat (0.003mg/100g) sebagai bahan pokok pembentuk inti sel, magnesium (25-30mg/100g), tembaga (0,04mg/100g), zinc (0,1/100mg), vitamin C (2,4mg/100g), dan vitamin B kompleks (B1 0,03 mg/100g, B2 0,057 mg/100g, B3 0,08 mg/100g, B5 0,043 mg/100g, B6 0,032 mg/100g, B12 0,007 g/100g). Selain itu, secara khusus, air kelapa juga mengandung gula (bervariasi antara 1,7 sampai 2,6 %) dan protein (0,07-0,55%). Karena komposisi gizi yang demikian ini, maka air kelapa berpotensi dijadikan bahan baku produk pangan yang sehat. Kemampuan air kelapa yang dapat meningkatkan jumlah Hb, peneliti ingin mengetahui apakah air kelapa memiliki efek antitoksisitas dan apakah berpengaruh terhadap jumkah leukosit hewan coba mencit (Mus Musculus) yang diberikan obat paracetamol LD 50 secara peroral.
Pada penelitian ini, jumlah sampel untuk tiap kelompok ditentukan sebanyak 2 ekor mencit, dan terdapat 5 kelompok perlakuan, sehingga pada penelitian ini dibutuhkan 10 mencit dari populasi yang ada. Sampel didapatkan dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Airlangga, Surabaya. Pada pelaksanaanya, Â 12 ekor hewan uji yang berupa mencit dari kelompok kami untuk perlakuannya tetap diberikan makan dan minum. Namun saat pagi hari diberikan perlakuan pemberian air kelapa hijau dengan dosis tertentu, sedangkan untuk sore hari juga sama. Perlakuan yang kami berikan, kami membagi 3 kelompok perlakuan yaitu P1, P2, dan P3. Antara lain P1 dengan dosis 0,1 ml, P2 dengan dosis 0,3 ml, dan yang P3 dengan dosis maksimal yaitu 0,5ml. Setelah kami lakukan perlakuan selama 10 hari, untuk selanjutnya kami memberikan obat parasetamol dengan dosis tinggi /LD50.
LD-50 untuk mencit secara per oral yang telah diketahui adalah 338 mg/kg BB atau 6,76 mg/20 g BB mencit (Alberta dan Canada 2006). Dosis parasetamol yang dapat menimbulkan efek kerusakan hepar berupa nekrosis sel hepar tanpa menyebabkan kematian mencit adalah dosis 3/4 LD-50 per hari (Sabrang 2008). Dosis yang digunakan adalah 338 mg/kg BB x 0,75 = 253,5 mg/kg BB = 5,07 mg/20 g BB mencit. Parasetamol 500 mg dilarutkan dalam akuades hingga 9,86 mL, sehingga dalam 0,1 mL larutan parasetamol mengandung 5,07 mg parasetamol. Parasetamol diberikan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada hari ke-8, 9, dan 10. Pemberian parasetamol dengan cara ini dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan pada sel hepar berupa nekrosis pada daerah sentrolobularis tanpa menimbulkan kematian pada mencit. Menurut Wilmana dan Gunawan (2007), pemberian parasetamol dosis tunggal sudah dapat menimbulkan kerusakan sel hepar berupa nekrosis pada daerah sentrolobularis dalam waktu 2 hari setelah pemberian parasetamol.
Setelah melewati berbagai perlakuan, kami mendapatkan hasil berupa data dari alat hemoanalizer yang berupa data terkait jumlah leukosit yang masih terlihat normal. Hal ini bermakna Air kelapa hijau dengan konsentrasi 100% yang diberikan pada hewan coba berupa mencit menunjukan adanya pengaruh terhadap penurunan gejala toksik yang berupa penurunan jumlah leukosit, yang mana hewan coba mencit yang diberiikan air kelapa hijau dengan jumlah bertingkat yaitu 0,5 ml memberikan pengaruh yang lebih baik sebagai antidot terhadap keracunan parasetamol yang dibandikan pemberian dosis minimal 0,1 ml.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H