Beberapa hari terakhir ini public Jakarta dihebohkan oleh poster Hidayat Nurwahid yang ditempeli himbauan agar tak memilih Jokowi serta spanduk menolak Alex dan Jokowi yang digelar oleh sekelompok orang. Dini hari tadi (Rabu, 9 Mei 2012) muncul berita televisi tentang adanya puluhan warga miskin Jakarta yang tertipu kupon yang dapat ditukarkan dengan sembako gratis di kediaman Fauzi Bowo.
Setelah mereka datang ke kediaman Fauzi Bowo di kawasan Menteng Jakarta Pusat, Selasa 8 Mei 2012, ternyata kupon tersebut palsu adanya. Tim sukses pasangan cagub/cawagub Fauzi Bowo -Nachrowi dalam konfirmasinya mengaku tidak pernah mengeluarkan kupon apa pun yang dapat ditukar dengan sembako gratis, senilai Rp 25.000.
Tim sukses pasangan Foke-Nara menduga kupon tersebut sengaja disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, yang hanya ingin menimbulkan kegaduhan. Artinya, tim sukses pasangan ini mencurigai adanya pihak-pihak tertentu yang tengah melakukan kampanye hitam terhadap Foke-Nara.
Dugaan tim sukses Foke-Nara itu ada benarnya, sebab menurut warga kupon tersebut mereka terima dari seseorang yang tidak mereka kenal.
Jika benar warga penerima kupon itu ditipu, artinya mereka bukan bagian dari pihak yang berkepentingan dengan tujuan pembuatan kupon tersebut, melainkan warga yang benar-benar tidak tahu bahwa kupon tersebut palsu, maka sungguh perbuatan itu sangatlah keji.
Keji, karena telah melakukan kampanye hitam dalam mencapai tujuan politik. Juga, keji karena tega-teganya membohongi dan mebuat susah rakyat kecil yang hidupnya memang sudah susah.
Jika kupon palsu itu dibuat dan diedarkan dengan tujuan menjatuhkan citra Fauzi Bowo, maka trik itu justru kontraproduktif. Jika warga tahu bahwa lawan poitik Foke-Nara lah yang membuat ulah, maka simpati lah yang justru akan diraih pasangan calon incumbent tersebut.
Sebaliknya, jika skandal kupon sembako palsu itu dirancang oleh tim sukses Foke-Nara sendiri, maka pasangan ini boleh digolongkan sebagai orang yang tidak punya hati. Cara itu terlalu kejam. Rakyat miskin yang hidupnya sudah susah malah dibuat susah (karena boleh jadi diantara merteka ada yang harus keluar ongkos dan buang waktu untuk datang ke kediaman Fauzi Bowo).
Mengingat Fauzi Bowo saat ini sedang menjabat Gubernur, rasanya tidak masuk akal dia akan melakukan trik itu. Sebab, jika dia mau, dia tidak perlu menipu. Jangankan hanya kupon senilai Rp 25.000, voucher yang berniali lebih dari itu pun dia pasti mampu memenuhinya.
Siapa pun pelaku pembuatan dan pengedaran kupon sembako gratis palsu tersebut, jelas itu perbuatan tidak terpuji. Ada banyak cara untuk membongkar borok lawan politik tanpa harus melakukan hujatan dan fitnahan kasar, apalagi tindakan keji dengan menipu rajyat kecil.
Mengingat kampanye hitam seputar pemilu kada DKI ini sudah tidak sehat, tidak beradab, sudah saatnya Panwaslu dan KPUD bertindak tegas. Jika dibiarkan, skandal poster, spanduk, dan kupon palsu itu dapat menjadi preseden buruk bagi kehidupan politik dan demokratisasi di Jakarta.