Teori evolusi tidak mempunyai tujuan akhir, demikian kata Richard Dawkins—ateis yang dijuluki juru bicara Charles Darwin paling vokal saat ini dari Universitas Oxford, Inggris. Meskipun tak dapat dipungkiri manusia merupakan makhluk tertinggi derajat evolusinya saat ini, tidak berarti manusia adalah puncak evolusi.
Seleksi alam tidak mengenal kesempurnaan—yang  fit saat ini bisa jadi tidak fit lagi di kemudian hari. Semuanya berubah sesuai dengan hakikat evolusi itu sendiri, demikian Dawkins.
Jika evolusi tidak mempunyai tujuan akhir maka bagaimana menjelaskan dua fenomena berikut: munculnya seks (jenis kelamin) dan spesialisasi organ pada makhluk hidup.
Sex: kebuntuan evolusionis?
Secara teoritis maupun praktis, semua sel hidup memiliki kemampuan untuk membelah diri. Ini artinya semua makhluk hidup, baik uni- maupun multi seluler, memiliki kemampuan bereproduksi secara vegetatif. Dengan cara vegetatif, satu sel induk akan membelah menjadi dua sel anak.
Jika ditinjau dari aspek seleksi dan adaptasi, bukankah reproduksi vegetatif (a-seksual) juga menghasilkan keturunan yang fit? Lalu mengapa evolusi menghasilkan makhluk yang bereproduksi secara generatif (secara seksual)?
Dalam reproduksi generatif, dua sel induk (jantan dan betina) bersatu menghasilkan satu sel zigot (anak). Jika ditinjau dari tujuan ekonomis reproduksi, bukankah cara reproduksi seksual merupakan pemborosan energi dan kurang efisien untuk menghasilkan keturunan secara cepat?
Pertanyaan yang tak mampu dijawab secara logis dan empiris oleh tokoh pendukung Teori Evolusi Darwin yang terang-terangan mengaku atheist, Prof. Richard Dawkins, meskipun dengan teori ‘the selfish gene’-nya
Spesialisasi organ: misteri tak (-kan pernah) terpecahkan?
Semua makhluk hidup multi seluler, tidak peduli sebesar apa ukurannya, berkembang dari satu sel yang disebut zigot. Zigot membelah diri membentuk embrio, embrio lalu berkembang menghasilkan organ-organ yang terspesialiasi bentuk dan fungsinya: daun, batang, dan akar pada tumbuhan;Â atau: kulit, tulang, jantung, usus, ginjal dan hati pada binatang.
Para biologiwan sudah mengungkap secara terang benderang bahwa semua sel tubuh organism memiliki jumlah dan macam gen yang identik. Tetapi faktanya, sel-sel embrio kemudian berkembang menjadi jaringan dan organ yang berbeda struktur dan fungsinya. Misalnya, ada yang menjadi jantung (peredaran), paru-paru (pernapasan), otot (pergerakan), kulit dan kuku (perlindungan).