[caption id="attachment_195818" align="aligncenter" width="419" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] Banyak spekulasi berkembang di masyarakat menyusul pidato SBY di hadapan kader, pengurus daerah, dewan pendiri, dan deklarator Partai Democrat di Hotel Sahid 13 Juni 2012. Tanggal 14 Juni 2012, sehari setelah pertemuan Silaturahim Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat di Hotel Sahid, saya menulis “SBY (Tersirat) Lindungi Anas”. http://politik.kompasiana.com/2012/06/14/sby-tersirat-lindungi-anas/ Dalam tulisan itu saya nyatakan bahwa berdasarkan kalimat-kalimat bersayap SBY maka sesungguhnya kedua pertemuan itu bukanlah upaya SBY untuk menyindir atau menghimbau Anas untuk mundur. Melainkan upaya SBY untuk memberi teguran kepada seluruh jajaran PD agar tidak saling menyalahkan atas segala isu yang membelit PD saat ini. Mengapa saya berani menyimpulkan seperti itu? Dalam pidatonya, alih-alih mengajak para kader dan elit PD untuk introspeksi apa yang salah dengan partainya, SBY hanya mengulang-ulang pernyataan normatif saja. Bahwa kader PD harus selalu teguh menjalankan garis politik partai yang cerdas, bersih, dan santun. Parahnya lagi SBY justru menyampaikan pernyataan yang tendensius dan kontroversial dengan menyatakan bahwa persentase kasus korupsi yang melibatkan kader PD jauh lebih kecil daripada yang melibatkan kader partai lain. Tetapi pemberitaan kasus korupsi yang melibatkan kader PD jauh lebih intens. Itulah, kata SBY, yang menyebabkan citra PD menurun di mata public. Seolah-olah SBY ingin mengatakan bahwa keterpurukan bangsa ini akibat korupsi lebih banyak disebabkan oleh kekuatan di luar PD. Adapun terpuruknya citra PD lebih disebabkan oleh kekuatan luar (pers) yang mustahil bisa dilawan oleh PD. Apa maksud pernyataan SBY itu? Pernyataannya bahwa kader partai lain (non PD) lebih banyak yang korupsi, dapat dimaknai sebagai sebuah pesan kepada para kader dan elit PD. Bahwa isu-isu miring tentang keterlibatan pimpinan dan kader PD dalam kasus korupsi terlalu kecil untuk dijadikan bahan pertengkaran di dalam tubuh PD. Artinya, terlalu naïf pula menggunakan isu-isu miring yang bernilai rendah itu untuk saling menyalahkan, apalagi utnuk mendongkel kursi pimpinan partai (Ketua Umum). Pernyataan tendensius itu juga dapat dimaknai sebagai sebuah peringatan kepada para kader. Bahwa PD akan selalu kuat sepanjang para kader tidak saling tuding, saling hujat, dan saling gugat. Itulah makna berpolitik cerdas, bersih, dan santun. Etika poltik itu bukan hanya perlu sebagai pegangan berpolitik ke lingkungan eksternal tetapi juga untuk kalangan internal. Artinya, kader dan pimpinan PD yang selalu menyoal dan menghujat kepemimpinan partai adalah pihak yang harus tahu diri. Sebab tindakan itu adalah bentuk ANTI politik cerdas, bersih, dan santun yang dimaksudkan. Konfirmasi Anas Urbaningrum Petang hari ini (Selasa, 19-6 2012) Anas diwawancarai oleh RCTI dalam Seputar Indonesia. Secara garis besar yang diungkapkan Anas adalah. 1.Ketum (Anas) dan Sekjen (Ibas) diundang dalam pertemuan Sahid. Tetapi keduanya tidak datang dengan alasan masing-masing. Anas tidak hadir karena alasan undangan terlambat, sementara Ibas ada acara lain. Catatan: Patut dipertanyakan mengapa Anas berani menolak hadir, mengingat acara itu akan menghadirka kertua Dewan Pembina? Apakah Anas berani melawan SBY? Rasanya mustahil. Sebab SBY di mata Anas bukan hanya sebagai atasan tetapi juga sebagai seorang Bapak. Itu sebabnya bila bersalaman dengan SBY Anas biasanya mencium tangan SBY. Bahasa tubuh seperti itu jelas menandakan bahwa Anas terlalu ‘submissive’ untuk berani ‘melawan’ SBY. Yang mungkin terjadi adalah: Anas sudah meberitahu SBY untuk tidak hadir dan SBY mengizinkan. Jika ini terjadi maka sesungguhnya SBY bukan melihat Anas dan Ibas yag perlu disentil atau ditertibkan, terkait kemelut di PD, tetapi para kader yang tak mau berpolitik cerdas, bersih, dan santun itu. 2.Semua yang terjadi di dua pertemuan itu (Cikeas dan Sahid) di laporkan pada Anas. Siapa yang melaporkan memang tidak diungkapkan. Apa artinya? Pertemuan itu boleh jadi adalah cara Anas (yang tentunya direstui SBY) untuk memantau siapa sesungguhnya di antara kader dan elit PD yang ngotot ingin mendongkel duet Anas dan Ibas.Yang jika dibiarkan mereka inilah sesungguhnya yang menjadi duri dalam daging PD yang menyebabkan kisruh berkempanjangan. 3.Anas mengaku bertemu SBY tanggal 6 Juni 2012. Tepat seminggu sebelum pertemuan Cikeas. Dalam pertemuan itu, kata Anas, mereka membahas mengenai strategi PD untuk recovery dari persoalan/keterpurukan PD saat ini. Dalam pertemuan itu keduanya juga saling sepaham bahwa kekompakan seluruh kader partai adalah kunci keberhasilan recovery tersebut. Apa artinya? Boleh jadi pertemuan di Cikeas dan Sahid adalah usulan Anas sendiri. Anas meminta SBY untuk menertibkan pemikiran-pemikiran liar di tubuh PD (kader, pengurus, pendiri dan dewan pembina). 4.Anas menilai pertemuan Sahid adalah semacam rapat konsolidasi pendiri dan deklarator untuk memberi dorongan positif kepada pengurus partai. Artinya berkat pertemuan itu Anas dan juga SBY tentunya sudah tahu siapa-siapa di tubuh PD yang perlu diberi catatan merah, hijau, atau hitam. Pengetahuan inilah yang kelak akan dijadikan “senjata” oleh Anas untuk “menjinakkan” kader-kader yang agak sumbang. Itu sebabnya dia (Anas) dengan penuh percaya diri menyebut pertemuan itu sebagai konsolidasi poistif. 5.Anas mengaku menggaris bawahi dan setuju dengan semua isi pidato SBY baik di Cikeas maupun di Sahid. Artinya, apa yang dikatakan SBY sesuai dengan apa yang ada dipikirannya. Dengan kata lain, suara SBY adalah suara dirinya juga. Jika Anas adalah otak dari kedua pertemuan itu maka wajar saja jika kemudian Anas terlihat sangat tenang dan tampak sangat `percaya diri pasca pertemuan Cikeas dan Sahid. Wajar pula jika mantan Ketua PB HMI itu mampu berseloroh dengan renyahnya. Sehingga, di akhir wawancaranya dengan RCTI itu, dia sempat-sempatnya berkelakar dengan host acara bahwa Spanyol dan Jerman bakal ketemu di final Euro 2012, tetapi Spanyollah juarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H