Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Polonium, Racun Pembunuh Yasser Arafat

5 Juli 2012   16:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:16 1726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Salah satu isu politik hangat yang berkembang di Timur Tengah sekarang adalah soal penyebab kematian Yasser Arafat tahun 2004.  Ada dugaan mantan pemimpin Palestine Liberation Organization (PLO) itu tewas diracun karena ditemukannnya  bahan radioaktif sangat beracun yang disebut Polonium (Po).

Soal benar-tidaknya Yasser Arafat tewas akibat racun Polonium, biarlah pihak berwenang (yang konon sudah diperintahkan otoritas Palestina menggali makam Yasser Arafat) untuk mengungkapnya. Yang mungkin ada manfaatnya bagi kita adalah mengenal apa itu Polonium.

Sejarah penemuan Polonium

Polonium adalah logam  berwarna-perak yang berhasil diisolasi  oleh pasangan suami-istri  Marie dan Pierre Curie (1898)  dari bijih uranium. Senyawa ini teridentifikasi  karena memiliki tingkat radiasi sangat tinggi dibandingkan dengan bahan radioaktif yang  sudah mereka kenal  sebelumnya,  uranium (U) dan thorium (Th).

Nama Polonium diberikan pada zat temuan Marie Curie  itu sebagai penghormatan kepada negeri leluhur sang kimiawati yang  bernama lahir Marie Sklodowska itu, yakni Polandia. Berkat temuannya itu  pasangan Curie  bersama-sama dengan  H.A. Becquerel  berbagi Hadiah Nobel bidang Fisika  tahun 1911.

Polonium (Po) adalah jenis logam yang sangat langka di alam. Dari puluhan ton bijih Uranium hanya dapat diperoleh  Po dalam jumlah gram-an  saja. Namun demikian, di reactor nuklir  isotope 210Po bisa dibuat dengan menembaki (membobardir) 209Bi (bismuth) dengan neutron.

Langkanya Po di alam disebabkan oleh  sifat  logam ini yang sangat  radioaktif (labil) dengan jumlah isotope yang sangat banyak (sedikitnya 29 isotope) mulai  dari  190Po hingga 218Po. Isotope Po memiliki waktu paruh yang beragam, tetapi umumnya sangat singkat. Diantara puluhan isotop itu hanya 209Po yang paling stabil dengan waktu paruh 102 tahun.

Sedangkan 210Po yang diduga radioisotope yang digunakan sebagai pembunuh Yasser Arafat memiliki waktu paruh 138,38 hari.  Isotop Po lainnya banyak yang  waktu paruhnya kurang dari 1 jam, bahkan ada yang hanya dalam hitungan micro detik (212Po, hanya 0,29 micro detik).

Sifat 210Po: sangat beracun tetapi mudah dikemas

Berbeda dengan zat radioaktif lainnya yang umumnya memancarkan sinar beta atau gamma, isotop 210Po memancarkan sinar alpha (α).  Masalahnya, intensitas sinar α dari polonium sangatlah besar. Emisi sinar α 1 gram Po setara dengan sinar α yang dipancarkan 5 kilogram radium (radium, Ra, adalah zat radioaktif yang juga ditemukan oleh keluarga Curie).  Satu microgram (0,001 gram) Po-210, yang volumenya tak lebih besar dari sebutir debu, sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada orang yang menelannya.

Po-210 sangat berbahaya pada manusia karena sinar  α  mudah menyerap electron setiap molekul yang ada disekitarnya. Akibatnya, pada sel-sel hidup Po-210 bisa menimbulkan dua kejadian yang sangat fatal.

Pertama, menyebabkan rusaknya molekul DNA (pengatur sifat biologis) sehingga sel mengalami anomali genetic yang berujung pada berubahnya sel tersebut menjadi kanker. Kedua (ini yang paling fatal) adalah terjadinya apoptosis (kematian  sel-sel  karena pengerutan, kondensasi kromatin, atau fragmentasi DNA).

Meski sangat mematikan ketika berada di dalam tubuh, sinar α tidak bisa menembus kulit atau kertas. Karena itu  Po-210 mudah di bawa kemana-mana hanya dengan mengemasnya di dalam sebuah tabung gelas, tanpa kuatir akan terkena radiasinya. Itu sebabnya dia bisa dijadikan racun  untuk membunuh target tertentu.

Karena penggunaan Po-210 sebagai racun cukup dalam jumlah yang sangat sedikit maka keberadaan Po-210 tidak mudah dideteksi dengan cara-cara konvensional. Hanya dengan alat deteksi radiasi yang sangat sensitive  keberadaan partikel radioaktif polonium bisa di ketahui.

Kematian mantan mata-mata Uni Soviet

Salah satu kasus kematian yang diyakini disebabkan oleh Polonium adalah kematian Alexander Litvinenko, mantan agen Uni Soviet, di London pada 23 November 2006.

Kematian mata-mata Uni Soviet yang membelot ke Inggris itu berawal ktika dia jatuh sakit pada tanggal 1 November 2006. Beberapa hari berikutnya dia menderita diare dan muntah-muntah yang hebat. Lalu disusul dengan  dua symptom yang sangat menonjol yaitu  kerontokan rambut yang sangat cepat dan hilangnya kekebalan tubuh (system imunitas).

Dari mana sang agen mendapatkan racun yang paling mematikan di dunia itu?  Para penyidik belum dapat memastikannya. Tetapi, mengingat langkanya zat tersebut di pasaran dan waktu paruhnya yang sangat singkat (138 hari) maka dapat dipastikan bahwa zat tersebut di gunakan tak lama setelah bahan tersebut dibuat. Itu artinya, sang pembunuh pastilah orang yang memiliki akses bebas ke pusat nuklir (reaktor).

Hal kedua yang mencengangkan adalah bagaimana mudahnya racun Po-210 menyebar. Jejak radiasi racun itu terdeteksi di banyak tempat yang pernah dikunjungi Litvinenko menjelang sakit dan pada tubuh orang-orang yang pernah kontak fisik dengannnya saat itu.

Benarkah  Yasser Arafat diracun? Benarkah Israel dan Amerika Serikat  yang mendalanginya? Semoga kebenaran, sebagaimana diharapkan oleh janda mendiang Yasser Arafat, Suha Arafat, segera terungkap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun