Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilgub Jabar: Salut untuk Golkar dan Polri yang Tidak Latah

11 November 2012   18:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:36 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika semua pasangan cagub-cawagub Jawa Barat lolos verifikasi maka PemilukadaJawa Barat 2013 akan diikuti 5 pasangan. Kelima pasangan itu adalah Yance-Tatang, Rieke-Teten, Dede Yusuf-Lex Laksamana, Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar, dan Dikdik Mulyana-Cecep Toyib.

Berdasarkan profil kelima pasangan cagub-cawagub diatas terlihat jelas pertimbangan masing-masing kubu dalam memilih dan menetapkan kombinasi figur yang dijagokan.Kelima kubu tampaknya sepakat (sependirian) memandang kapabilitas, integritas, dan popularitas sebagai sesuatu yang penting dimiliki oleh calon.

Kapabilitas, meskipun bukan perkara mudah untuk mengukurnya, jelas jadi pertimbangan semua kubu. Itu terlihat dari mayoritas kubu memasang figur-figur yang sudah berpengalaman dalam birokrasi. Kubu PKS tetap mempertahankan Ahmad Heryawan (incumbent gubernur); Demokrat memasang Lex Laksamana, mantan Sekretaris Provinsi Jawa Barat untuk mendampingi Dede Yusuf (incumbent wagub). Kubu Golkar megusung Irianto MS Syafiuddin (Yance) dan Tatang Farhanul Hakim (Tatang), keduanya mantan bupati; sementara kubu independent memasang Cecep NS Toyib yang mantan Sekda Kabupaten Indramayu sebagai pendamping Irjenpol DikdikMulyanaArifMansyur, mantan Kapolda Sumsel.

Integritas calon, meski baru bisa dilihat buktinya (kelak?) setelah yang bersangkutan menjabat, jelas dijadikan “jualan” yang diunggulkan semua kubu, terutama (sangat menonjol) pada kubu PDIP. Pemilihan Teten Masduki untuk mendampingi politisi Rieke Dyah Pitaloka, menandakan bahwa kubu PDIP percaya bahwa track record Teten (dan juga Rieke) sebagai penggiat anti korupsi akan mampu mengambil hati rakyat Jabar. Pemilihan Deddy Mizwar oleh kubu PKS kurang lebih sama. Aktor langganan Piala Citra itu diyakini adalah salah satu sosok idealis yang memiliki integritas tinggi.

Popularitas—jelas dijadikan pertimbangan utama semua kubu dalam menetapkan jagoan mereka. Mau diakui atau tidak, dicalonkannya Dede Yusuf, Deddy Mizwar, dan Rieke Dyah Pitaloka memperlihatkan bahwa kubu pengusungnya sangat percaya rakyat Jabar mudah terkesima oleh figur-figur popular. Kubu Golkar dan Kubu Independen pun, meski tidak mengusung artis, tetap menjadikan keterkenalan calon sebagai pertimbangan. Itu sebabnya tokoh yang terkenal di tingkat local (daerah) macam Yance (mantan bupati Indramayu), Tatang (mantan bupati Tasikmalaya) atau Cecep Toyib (mantan Sekda Indramayu) dimunculkan.

Menjadikan kapabiltas, integritas, dan popularitas calon sebagai kriteria strategis pemenangan dalam pemilu sebenarnya wajar dan sah-sah saja. Akan tetapi, dalam konteks Jawa Barat hari ini strategi itu lebih bersifat pragmatis ketimbang idealis. Pragmatis, karena hanya mempertimbangkan “bagaimana” meraih dan mengelola kekuasaan, tetapi mengabaikan “untuk apa/siapa” kekuasaan itu.

Jika “untuk apa/siapa” kekuasaan seorang gubernur dijadikan pertimbangan maka ada satu isu sensitif di Jawa Barat sekarang ini yang perlu diperhitungkan, yaitu “sentimen” kewilayahan.

Seperti diketahui, menyusul lepasnya Banten, masyarakat Pantura Jabar (Kab. Subang, Kab. Indramayu, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan, Kab. Cirebon, dan Kota Cirebon) juga terinspirasi ingin lepas dari Jabar dengan mendirikan provinsi baru, Provinsi Cirebon.

Agaknya, dari kelima kubu cagub-cawagub Jabar 2013 di atas, hanya kubu Golkar dan kubu Independen yang mempertimbangkan isu sentimen kewilayahan (sebuah isu yang sangat sensitif) itu dalam menetapkan kombinasi figur cagub-cawagubnya.

Kedua kubu, Golkar dan Indenpenden, memadukan dua sosok ideal mewakili dua “trah” masyarakat Jabar yaitu: Priangan dan Pantura (Cirebon). Golkar memasang Yance dan Tatang. Yance adalah putra asli Indramayu (Pantura) sedangkan Tatang adalah putra Tasikmalaya (Priangan). Seperti halnya Golkar, kubu independen juga memadukan putra Priangan (Putra Tasikamalaya, DikdikMulyanaArifMansyur) dengan putra Cirebon/Pantura (Cecep NS Toyib).

Catatan: Pasangan dari PKS Ahmad Heryawan (Sukabumi) dan Deddy Mizwar (Jakarta); Calon Demokrat Dede Yusuf (Jakarta) dan Lex Laksmana (Bandung); sedangkan jagoan PDIP (Rieke dan Teten) kedua-duanya orang Garut (Priangan)

Keberanian kubu Golkar dan kubu independen mencalonkan tokoh yang hanya terkenal dalam lingkup lokal tetapi merepresentasikan masyarakat yang sedang “terserang sindrom” sentimen kewilayahan patut diacungi jempol. Keputusan itu menandakan bahwa elit Golkar dan elit Polri (induk organissasi yang melepas dan merestui anggotanya yang masih aktif—Irjenpol Dikdik—untuk maju sebagai cagub independen) sudah sangat dewasa dalam berpolitik.

Dua kubu ini tidak ikut-ikutan latah dengan memasang figur-figur yang sekedar popular saja, tetapi mau melihat isu sosial-politik  terkini yang sangat sensitif yang sedang berkembang di Jawa Barat.

Maka, salut untuk Golkar dan Polri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun