Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Orang Russia Miskin Empati [Tragedi Sukhoi]

13 Mei 2012   03:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:22 2575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda sekali sikap mayoritas orang kita dengan orang Rusia dalam memandang tragedy Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak.

Kita lebih mempertimbangkan empati terhadap korban. Semua lelucon tentang peristiwa itu dihujat habis-habisan. Sebaliknya orang Rusia lebih mengedepankan kredibilitas bangsanya ketimbang perasaan keluarga korban.

Tengoklah spekulasi para kolega pilot SSJ-100 yang nahas itu, Aleksandr Yablontsev. Hasil penyelidikan tentang penyebab kecelakaan belum ada, tetapi mereka sudah berani menyimpulkan penyebabnya karena human error. Pilot error. Tak kurang wakil presiden Rusia sendiri berpendapat serupa. Pertanyaannya, ada apa?

Mengapa mereka tidak berempati dengan keluraga para crew SSJ-100 , yang nota bene warga negara mereka? Bukankah mereka tahu bahwa Aleksandr Yablontsev dipilih sebagai kapten misi itu karena prestasi dan loyalitasnya yang tinggi? Mengapa mereka mengabaikan jasa sang pilot hebat itu? Lebih dari itu mengapa mereka mengabaikan perasaan keluarganya? Dimana empati mereka?

Di sinilah bedanya mereka dengan kita. Demi kepentingan yang lebih besar mereka tidak segan-segan mengabaikan perasaan orang perorang atau segelintir orang, meskipun itu anak bangsanya sendiri para crew SSJ-100 itu.

Soal pemecatan pramugari Aeroflot

Jangan pernah mengira bahwa tindakan manajemen Aeroflot memecat salah seorang pramugarinya yang menertawakan kualitas SSJ-100 sebagai ekspresi emosi dan empati terhadap korban tragedy SSJ-100 di Gunung Salak.

Tindakan pemecatan itu karena sang pramugari dinilai telah melecehkan symbol kehebatan teknologi dirgantara Rusia yang bernama Sukhoi. Konyolnya, sang pramugari yang apes itu tidak tahu bahwa Aeroflot tempatnya bekerja juga mengoperasikan beberapa pesawat Sukhoi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun