Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jakarta Terendam, Jokowi (Mulai) Dikecam

24 Desember 2012   02:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:08 5692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah Dr. Ridwan Saidi, budayawan Betawi yang mengklaim pendukung Jokowi, yang melontarkan kritikan tajam pada Sang Gubernur terkait banjir yang memacetkan Jakarta sehari sebelumnya

Senin pagi (24-12-2012) dalam Talk Show di TV One Babe Ridwan meminta agar Jokowi segera duduk berunding dengan berbagai pihak untuk mengantisipasi dan menganggulangi persoalan Jakarta, khususnya masalah banjir.

Babe meminta Jokowi untukjadi seorang manager (gubernur), jangan jadi mandor (blusukan).  Ridwan Saidi dengan sedikit berselorohmenambahkan jika blusukan yang sudah berlangsung selama dua bulan tanpa hasil seperti dilakukan Jokowi ini terus dilakukan, nanti dia dipanggil  orang “Mandor Joko”.

Mengingat Ridwan Saidi mengklaim sebagai pendukung, seorang cendikiawan, dan memiliki pergaulan luas dengan berbagai kalangan maka ungkapan nyeleneh Si Babe perlu jadi bahan renungan, khususnya bagi Sang Gubernur sendiri, juga bagi para pendukung fanatic-nya.

Mengapa Babe menyarankan agar sang gubernur segera duduk berunding? Benarkah Jokowi belum melakukannya? Menyangkut penanggulangan banjir, bukankah Jokowi sudah melakukan beragam langkah kerjasama dengan pemrov Jawa Barat dan Banten?

Jika demikian mengapa Babe Ridwan masih menilainya belum melakukan perudingan? Dengan siapa? Boleh jadi yang dimaksudkan oleh Babe adalah berunding dengan para bawahannya sendiri. Sejauh ini yang mencuat ke pemukaan lebih banyak gebrakan Sang Gubernur menyindir dan menegur bawahannya: kepala dinas, camat, hingga lurah.

Hanya teguran pula yang terberitakan dilakukan oleh Jokowi kepada Kepala Dinas PU pemprov DKI terkait masalah banjir yang memacetkan Jakarta Sabtu dan Minggu (22-23 Desember 2012).Teguran itu diakui sendiri oleh pihak Dinas PU DKI yang juga hadir dalam talk show bersama Ridwan Saidi di TV One itu.

Menegur memang bukan pekerjaan manager, itu tugas mandor. Manajer bertugas mengotaki program dan organisasi. Itu sebabnya seorang manajer bekerja dengan otak, sedangkan mandor cukup dengan otot.

Bawahan, betapa pun submisif-nya dia di bawah seorang boss, secara manusiawi dia harus diberdayakan. Gagasan dan kreativitasnya harus diberi ruang. Kritikannya, jika ada, perlu didengar. Bawahan bukan sekedar robot yang harus berlaku sesuai keinginan dan selera sang boss.

Boleh jadi, Jokowi yang sekarang sedang sibuk “menggodok” program MRT itu dilihat oleh Ridwan Saidi belum melakukan fungsi manajerialnya selama dua bulan menjabat. Jika memang begitu keadaannya, maka sulit berharap sosok populis sekelas Jokowi ini akan berhasil mengatasi persoalan klasik dan kronis Jakarta yang bernama banjir.

Apatur pemprov DKI terdiri dari beragam etnis, tidak seperti di Solo yang homogen. Jumlahnya juga jauh lebih banyak. Karena itu pendekatan (gaya) kepemimpinan yang “sukses” diterapkan Jokowi di Solo belum tentu efektif diJakarta.

Semoga kritik budayawan senior yang suka bicara blak-blakan dan memerahkan telinga itu menjadi masukan berharga bagi sang gubernur, Joko Widodo.

Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun