Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati-hati Pengobatan Homeopathy, Khasiatnya Tak Teruji

12 Juni 2011   14:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:35 3715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Homeopathy, berasal dari kata Yunani homoios(serupa) dan pathos(derita atau penyakit),adalah cara pengobatan yang didasarkan pada prinsip “Jika suatu zat diberikan pada orang yang sehat menimbulkan suatu symptom maka orang yang menderita penyakit dengan symptom serupa dapat disembuhkan oleh zat tersebut”.Ditambahkan pula, “Semakin encer atau sedikit zat tersebut diberikan akan semakin kuat daya sembuhnya”. Prinsip pengobatan yang mendasari homeopathy itu dikenal dengan "The Law of Similars” (Hukum Keserupaan)

Gagasan pengobatan dengan prinsip seperti itu sebenarnya sudah ada pada masa Hypocrates, tetapi penerapannya secara sistematis baru dilakukan oleh dokter Jerman Samuel Hahnemann, M.D, pada abad ke-18. Hahnemann dan para pengikutnya melakukan percobaan memberikan bahan-bahan dari tumbuhan, hewan, atau mineral kepadaorang sehat, termasuk diri mereka sendiri lalu membukukan hasil-hasilnya.

Hukum homeopathy yang menyatakan bahwa “semakin sedikit atau encer bahan yang diberikan semakin kuat daya-sembuhnya” sangat bertolak belakang dengan temuan-temuan farmakologi modern, bahwa efek obat berbanding lurus dengan dosisnya. Fakta-fakta yang diperoleh para peneliti modern menunjukkan bahwa tidak pernah ditemukan adanya keadaan dimana semakin encer larutan gula semakin manis rasanya, atau semakin encer bahan celup semakin tua (tajam) warnanya.

Karena ramuan homeopathy sangat encer ramuan ini kurang berbahaya ketimbang pengobatan-pengobatan lain yang banyak diterapkan pada masa itu hingga abad 19, maka banyak praktisi pengobatan menggunakannya. Menjelang abad 20, di Amerika Serikat saja terdapat tidak kurang 14.000-an praktisi dan 22 sekolah khusus homeopathy. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengobatan modern, satu persatu sekolah itu tutup pada sekitar tahun 1920-an, kecuali Hahnemann Medical College(Philadelphia) yang bertahan hingga tahun 1940-an.

Meskipun sudah lama “dilupakan” tetapi dewasa ini masih juga ada yang mencoba menghidupkan kembali homeopathy melalui praktik-praktik quackery.Fenomena itu mendorong orang untuk terus melakukan kajian melalui percobaan atau dengan menelaah berbagai laporan praktisi homeopathy yang mengklaim bahwa efek homeopathy telah terbukti secara ilmiah. Berikut beberapa rangkuman hasil-hasil kajian secara ilmiah terhadap praktik homeopathy yang berhasil dikumpulkan oleh Stephen Barrett, M.D.dariQuackwatch,Inc.

·Tahun 1990, sebuah artikelpada Review of Epidemiology melaporkan hasil telaah terhadap 40 percobaan yang membandingkan pengaruh perlakuan homeopathy dengan perlakuan pengobatan standar, perlakuan placebo, dan control. Penulis artikel tersebut menemukan hanya tiga dari 40 percobaan itu yang tidak cacat metodologinya. Dari tiga yang bagus metodenya itu hanya satu yang memberikan hasil positif. Kesimpulannya, pengobatan homeopathy tidak lebih baik daripada perlakuan placebo (pemberian obat kosong).

·Tahun 1995, sebuah jurnal di Perancis, Prescrire International, memuat telaah pustaka tentang produk-produk farmasi. Kesimpulan artikel itu adalah: “Homeopathy menghasilkan pengaruh yang beragam atau hanya memberikan kesembuhan sementara (sebagai efek placebo)”

·Tahun 1996, ada laporan yang dikeluarkan oleh Homoeopathic Medicine Research Group (HMRG), sebuah dewan pakar yang dibentuk oleh Komisi Masyarakat Eropa. Tujuan HMRG adalah mengevaluasi laporan-laporan tentang penggunaan homeopathy, baik yang telah dipublikasikan maupun yang tidak. Setelah memeriksa 184 laporan HMRG berkesimpulan:(1) hanya 17 dari jumlah tersebut yang metode kerja dan pelaporannya pantas untuk dicermati; (2) hanya beberapa dari 17 itu yang memberikan hasil positif dibandingkan placebo atau kontrol; (3) hasil itu secara keseluruhan tidak cukup dijadikan dasar kesimpulan tentang efketivitas homeopathy.

·Tahun 1999, berkala The Medical Letter on Drugs and Therapeutics memberikan rangkuman sebagai berikut. “Kandungan kimia pada produk-produk homeopathy seringkali tidak diketahui, dan banyak diantaranya sangat encer sehingga ada kemungkinan telah kehilangan zat-zataslinya. Produk-produk itu belum terbukti efektivitasnya dalam dunia pengobatan, jadi tidak ada alasan untuk menggunakannya”

Praktisi homeopathy terkadang mengklaim bahwa kerja zat-zat yang digunakan dalam homeopathy tidak ubahnya seperti vaksin yang dapat memicu terbentuknya antibodi di dalam tubuh. Dalam hal ini, kekeliruannya adalah vaksin bukan mengobati tetapi mencegah melalui pembentukan zat kekebalan tubuh yang disebut antibodi, sedangkan homeopathy jelas-jelas dimaksudkan sebagai upaya pengobatan.

Dalam pembuatan vaksin dikaji betul kandungan antigen yang terkadung di dalamnya dan dikaji pula jenis dan sifat andibodi yang terbetuk. Ilmu yang mengkhususkan diri mengkaji aspek-aspek kekebalan tubuh disebut imunologi. Imunologi adalah ilmu yang berbasis metode ilmiah yang sangat ketat, bukan berdasarkan prasangka yang diklaim sebagai hipotesis.

Hipotesis bukanlah jawaban final terhadap suatu fenomena, melainkan kesimpulan sementara. Selama hipotesis belum dapat dinyatakan diterima selama itu dia belum bisa disebut kebenaran.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun