Seperti biasanya, setiap dua atau tiga bulan pada hari libur Ketua RT kami mengajak dan memimpin langsung warga bergotong royong membersihkan semak dan sampah di sepanjang parit dan selokan. Pada momen seperti itulah kaum bapak di kompoleks kami bisa terkumpul dalam jumlah besar karena kegiatan itu melibatkan seluruh kepala atau anggota keluarga lintas etnis, agama, dan profesi.
Namanya juga gotong royong, lebih banyak yang ngomong ketimbang yang ‘gotong’.Omongan pun tidak karu-karuan, melebar kemana-kemana mulai dari rumor perselingkuhan warga kompleks, pilkada bupati,masalah kelangkaan premium, hingga masalah konser Lady Gaga.
Ketika menyinggung konser Lady Gaga inilah salah seorang bapak muda, sebut saja namanya Ecep, dengan bersemangat mendukung pendapat yang pro pelarangan konser. Sambil menunjukkan salah satu klip aksi Lady Gaga yang diunduhnya dari Youtube di pesawat HP-nya, dia menegaskan bahwa aksi Lady Gaga yang kerap mengumbar aurat dan sensualitas itu bisa merusak iman generasi muda.
Saat itulah Aki Ucup, sapaan akrab kami untuk Muhammad Yusuf—guru ngaji anak-anak di kompleks pemukiman kami, ikut nimbrung.
Note: Meski disapa Aki (kakek), lelaki dropout Kelas-2 PGA itu sebenarnya belumlah menjadi kakek. Kedua anaknya bahkan belum ada yang menikah. Meski begitu pandangan lelaki berusia tak lebih dari 60an yang mengandalkan warung bakso sebagai sumber penghasilan keluarga itu sering membuat kami harus “mengangguk”.
Nimbrungnya Aki Ucup yang biasanya lebih suka menjadi pendengar daripada berkomentar itu tak urung membuat obrolan di sela-sela kerja bakti itu menjadi lebihmeriah dan menarik—terutama bagi saya.
Aki: Ah, itu sih pendapat yang berlebihan alias lebay, Dik Ecep. (Catatan: tak biasanya Aki Ucup menggunakan istilah gaul)
Ecep: Berlebihan bagaimana, Ki?. Aki lihat sendiri nih videonya. Masak aurat diobral-pamer kayak gitu. Itu kan mengundang syahwat namanya. Sudah banyak lho kasus perkosaan terjadi akibat pelakunya terangsang oleh tontonan cabul begini. Apa gak merusak iman itu namanya?
Aki: Begini! Secara formal seluruh rakyat Indonesia adalah umat beragama, 80% diantaranya adalah umat Islam?Jika peminat karcis konser Lady Gaga berjumlah 40.000 orang maka akan ada sedikitnya 32.000 umat Islam di dalamnya. Naïf sekali kita jika mengira bahwa 32.000 orang itu akan menjadi murtad, luntur imannya, lantas jadi pezinah atau pemerkosa hanya karena menonton tarian syur seorang Lady Gaga.
Ecep: Yang berpendapat bahwa Lady Gaga itu merusak dan menyesatkan akidah adalah tokoh-tokoh agama tingkat nasional, Ki. Pendapat siapa lagi yang pantas didengar jika bukan pandangan mereka?
Aki: Saya menganggap mereka lebay karena mereka over acting dalam menyikapi satu kasus kecil. Sementara di depan mata mereka begitu banyaknya praktik-praktik syirik yang dilakukan umat islam di negeri ini yang mereka abaikan. Padahal, jika memang mereka peduli dengan akidah umat maka segala macam bentuk kemusyrikan mestinya mereka perangi. Kenyataannya?
Rusdi (Seorang PNS di Kantor Walikota): Apa contohnya, Ki?
Aki: Islam kan sangat menentang segala macam praktik mengundi nasib dalam bentuk ramal meramal. Tetapi cobalah tengok realitasnya di masyarakat kita.Beragam praktik yang ditentang agama semisal praktik meramal dengan kartu, membaca garis tangan, membaca gerak ayunan bandul, atau praktik perdukunan yang menjual (janji) kekuatan benda-benda tertentu seperti keris dan batu, semua dilakukan secara terang-terangan. Bahkan praktik syirik itu ditayangkan di televisi jadi tontonan masyarakat luas. Kemana oknum-oknum yang mengklaim dirinya pantas dan berwenang menjaga akidah islam itu?
Arief (Guru Olahraga di sebuah SMP): Tapi, Ki. Para peramal itu kan hanya perantara saja kekuatannya kan berasal dari Allah juga. Demikian juga keris dan batu, itu kan semata-mata hanya symbol penghimpun energy gaib yang asalnya juga dari Tuhan. Jadi, sepanjang kita yakin kekuatan itu bersumber dari Allah ya tidak tergolong syirik lah, Ki.
Aki: Bukankah Islam mengajarkan bahwa yang membedakan manusia di sisi Allah itu adalah ketaqwaannya? Ketakqwaan tidak bisa dipindah-tangankan atau diwakilkan. Artinya semua manusia itu memiliki saluran langsung dengan Tuhannya. Tidak ada seorang manusia pun yang bisa dan berhak menjadi penghubung manusia lain dengan Tuhannya. Nabi dan rasul pun hanya berperan sebagai penyampai pesan satu arah, tetapi tidak bisa menjadi “calo“ doa umatnya.
Jadi, jika anda percaya ada manusia kiyai, dukun, tabib, atau apapun julukannya, yang bisa menjadi perantara anda dengan Tuhan berarti anda menyangkal keadilan dan kasih Tuhan. Ketika seseorang menyangkal kuasa dan kasih Tuhan, lalu apa julukannya jika bukan musyrik?
Bila status semua manusia itu sama di hadapan Tuhan dan Tuhan maha kuasa dan maha adil, mengapa pula Tuhan perlu memberikan kekuatannya lewat keris dan batu?
Ecep: Tapi kan, praktik-praktik ramal-meramal dan klenik itu terbukti diminati oleh masyarakat luas di negeri kita, bahkan konon juga oleh masyarakatdi negara maju, Ki.
Aki: Apakah sesuatu menjadi benar dan bermanfaat hanya karena sesuatu itu dipraktikan oleh banyak orang? Apakah sosok manusia sakti mandraguna, kebal senjata tajam dan senjata api, bisa terbang merambah angkasa akan menjadi ada dan bisa diminta kontribusinya bagi bangsa ini hanya karena mayoritas orang di negeri ini percaya akan adanya kesaktian itu pada jimat dan mantra?
Saya, Arief, Ecep, dan Rusdi (Serempak): Hmm…
Aki: Ingat! Menurut ajaran Islam syirik adalah dosa paling besar yang tak terampuni. Pertanyaanya, menagapa?
Syirik artinya percaya ada kekuasaan/kekuatan lain diluar kekuasaan Tuhan. Orang-orang musyrik akan cenderung berlaku jumawa ketika dia mendapat nikmat duniawi, sebab merasa dirinya adalah orang hebat, cerdik, dan (ini yang paling berahaya) menganggap dirinya disayangi Tuhan. Sikap ini cenderung membuat dia underestimateterhadap amal ibadah orang lain.
Sebaliknya, ketika mendapat “kemalangan” dia akan berusaha mencari kambing hitam atas kemalangan itu. Semua kemalangan, keterpurukan, dan keterbelakangan dirinya disebabkan oleh adanya orang-orang yang menghambatnya dan tidak suka dengan keberhasilannya. Anggapan inilah yang melahirkan beragam tindakan kejahatan pencurian, perampokan, kekerasan hingga pembunuhan.
Jadi, ingkar kuasa Tuhan, adalah awal dari semua tindakan kejahatan. Sebab orang-orang yang mengingkari kuasa Tuhan itu tidak bisa melepaskan diri dari sifat iri dan dengki,licik dan culas, dendam dan marah, kejam dan sadis.
Rusdi: Loh, Ki, Iri-dengki, licik dan culas itu kan sifat bawaan manusia, naluri sebutannya. Orang-orang beriman juga banyak yang memilki sifat itu.
Aki:Dik Rusdi, islam itu artinya berserah diri. Berserah diri artinya berbuat tanpa pamrih. Ia berbuat baik bukan karena janji pahala dan syurga, apalagi hanya karena ingin mendapat limpahan rejeki dan umur panjang. Melainkan, ia berbuat baik demi kebaikan itu sendiri. Yaitu karena sesuatu itu bemanfaat bagi dirinya sendiri, berguna bagi orang lain, tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Itulah yang disebut amal sholeh. Itulah ciri orang beriman. Itulah ciri orang Islam—yang rahmatan lil alamin.
Arief: Tapi, Ki. Dari dulu sampai sekarang, dari kampung hingga kota, yang biasa saya dengar tentang kriteria orang bertaqwa itu adalah orang yang sholatnya rajin, puasanya tak pernah putus, zakat dan shadaqahnya rutin, serta (bila sudah mampu) menyempatkan diri naik haji.
Aki: Kalo itu arti bertaqwa, maka para koruptor negeri ini banyak yang masuk golongan bertaqwa dong?
Saya, Ecep, Rusdi dan Arief hanya bisa cengar-cengir merasa tersindir oleh kalimat terakhir Aki Ucup itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H