Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anas Ternyata Lebih Cerdas Ketimbang SBY

23 Februari 2013   10:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:50 5909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam setiap kesempatan Ketua Dewan Pembina dan juga  Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, SBY, selalu menekankan pentingnya para kader PD mengedepankan perilaku politik yang bersih, cerdas, dan santun.  Terkait dengan kemelut di tubuh PD yang mencapai klimaksnya ketika Anas ditetapkan sebagai tersangka kasus Hambalang oleh KPK, menarik dipertanyakan  siapa diantara SBY dengan Anas yang  lebih bersih, cerdas,dan santun?

Soal siapa yang lebih bersih, jika yang dimaksudkan adalah bersih dari praktik politik menghalalkan segala  cara termasuk korupsi dan money politic, hanya sejarah yang bisa membuktikannya. Soal kesantunan juga relatif sulit diukur karena ukuran kesantunan itu bisa berbeda antara satu komunitas dengan komitas lain. Perbedaan etnis, agama, dan faham bisa membuat ukuran kesantuan orang berbeda-beda.

Tetapi soal kecerdasan, kita bisa mengulasnya berdasarkan sikap dan pemikiran kedua tokoh penting PD itu  yang mereka pertontonkan dihadapan public. Jika bacaan kecerdasan terhadap kedua politisi yang berbeda generasi itu kita fokuskan pada momen puncak ketika Anas  ditetapkan sebagai tersangka kasus Hambalang oleh KPK (22/2/2013), maka dapat disimpulkan bahwa Anas lebih cerdas ketimbang SBY.

Anas ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka kasus Hambalang pada Jumat petang (22/2/2014). Malam harinya pihak Anas langsung menjanjikan bahwa besok (maksudnya hari ini, Sabtu 23/2/2014) Anas akan memberikan keterangan pers di kantor DPP Partai Demokrat. Pagi harinya, Ahmad Mubarok yang dikenal sebagai pendukung Anas, melalui layar TV menguatkan bahwa Anas akan menyampaikan pidato pengunduran dirinya pada Sabtu siang.

Maka jadilah acara jumpa pers pada Sabtu siang (23/2/2014) itu sebagai momen paling dinanti banyak orang. Kantor DPP PD pun, tak pelak,  menjadi lautan wartawan  sejak pagi hingga petang. Dalam acara pidato (monolog) politik itu Anas tampil sangat tenang, berbicara lancar dalam kalimat yang sangat tertata dengan pilihan kata yang tajam dan penuh makna.  Puncak jumpa pers itu dipungkas Anas dengan aksi copot jaket Kebesaran Partai Demokrat.

Langkah cepat Anas merespon keputusan KPK adalah keputusan tepat dan strategis. Sebab dengan memberikan pidato “perpisahan” sarat makna yang mendahului kubu lawannya Anas telah memberikan bahan bacaan yang bisa membuat public, khususnya para kader PD, bertanya-tanya.

Pertanyaan-pertanyaan public yang terpicu oleh pidato Ana situ akan menjadi beban tersendiri bagi kubu lawannya (baca Dewan Pembina/Majelis Tinggi). Sebab merekalah yang akan jadi sasaran public dan kader tempat meminta penjelasan/konfirmasi tentang makna (benar/tidaknya) apa yang dikatakan Anas.

Sementara Anas sendri, pasca aksi copot jaketnya itu, dapat dipastikan akan bungkam karena dia telah menyatakan memilik satandar etik tersendiri,  terlebih bila dia langsung ditahan oleh KPK.

Di sinilah Anas sudah menang satu langkah dibandingkan dengan kubu SBY. Kubu SBY sepertinya asyik bertepuk tangan dan sibuk memikirkan agenda KLB menyusul keputusan KPK. Bahkan rencana merumuskan agenda strategis partai baru akan diadakan sehari kemudian (Minggu (24/2/2013 atau Senin 25/2/2013).

Dengan telatnya kubu SBY merespon penetapan KPK itu, apa pun agenda yang akan dilakukan Majelis Tinggi  PD, apakah rapat pimpinan nasional atau KLB, semuanya sudah jadi antiklimaks. Kalau pun ada yang menarik dan ingin diketahui public hanyalah siapa sosok yang akan menggantikan Anas.

Hal-hal yang berkaitan dengan isu intevensi istana terhadap KPK atau  soal  posisi kader pro Anas, sudah tidak lagi memiliki greget. Sebab Anas sudah meninggalkan isu itu sebagai pekerjaan rumah para elit PD pasca pengunduran dirinya.

Menjadi PR yang sangat tidak ringan jika pidato Anas yang memang mengharukan itu  (terbukti dia disambut peluk dan tangis koleganya sehabis pidato) dipandang public dan/atau sebgian kader PD sebagai sebuah kebenaran.

Selamat menghadapi proses hukum, Bung Anas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun