Janji Joko Widodo saat kampanye bahwa di bawah pimpinanya Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri (swasembada pangan) dalam 3 tahun tampaknya akan segera terwujud. Optimisme akan terwujudnya ‘mimpi’ swasembada pangan itu terlihat dari gebrakan Kementerian Pertanian lewat program Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai (PAJALE) yang diluncurkan pada April 2015. Swasembada tiga komoditas pangan strstegis itu ditargetkan tercapai pada tahun 2017.
Untuk tahun 2015 ini target produksi ketiga jenis komoditas itu adalah 73,4 juta ton (2,21%)untuk padi, 20,3 juta ton (5,57%) untuk jagung, dan 1,2 juta ton (26,47%)untuk kedelai. Mengingat angka produksi yang dipatok terbilang tinggi, maka Kementerian Pertanian merancang upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai (Upsus PAJALE).
Upaya simultan dan komprehensif
Jenis kegiatan dan tujuan Upsus PAJALE itu adalah sebagai berikut:
1)Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) dengan bantuan biaya dari pemerintah yang tujuannya untuk menjamin pasokan air yang diperlukan tanaman.
2)Penyediaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) dengan tujuan agar pengolahan lahan, penanaman, pengairan, serta pengolahan hasil panen dapat terjamin. Untuk itu pemerintah akan memberikan bantuan tarktor roda dua, popa air, alat tanam, mesin panen, mesin perontok dan giling padi, mesin pengering, dan perontok jagung kepada kelompok-kelompok tani.
3)Penyediaan dan penggunaan benih unggul, tujuannya untuk menjamin peningkatan produktivitas. Dalam hal ini pemerintah memberikan bantuan benih unggul untuk petani.
4)Penyediaan dan penggunaan pupuk berimbang melalui bantuan pemerintah kepada petani dengan tujuan untuk menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal.
5)Pengaturan musim tanam menggunakan Kalender Musim Tanam (KATAM), tujuannya untuk menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal serta antisipasi dampak perubahan iklim yang mengancam panen. Implementasinya, pemerintah melalui BPPT menerbitkan KATAM.
6)Pelaksanaan Program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT). Tujuan kegiatan ini adalah untuk menjamin produksi padi, jagung dan kedelai. Pemerintah melaksanakan gerakan massal melibatkan petani atau kelompok tani untuk melaksanakan PTT dalam mengelola usaha tani secara berkelanjutan.
7)Perluasan Areal Tanam (PAT) jagung dan kedelai yang diaksudkan untuk meingkatkan luas areal tanam agar produksi meningkat. Untuk itu pemerintah memberi bantuan sarana produksi.
8)Peningkatan Optimasi Lahan (POL) melalui bantuan sarana produksi dari pemerintah dengan tujuan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan produkivitas padi, jagung dan kedelai.
9)Demfarm (Pengujian teknologi oleh perguruan tinggi) yang dimaksudkan untuk mendorong inovasi, difusi, dan adopsi teknologi dengan biaya disediakan oleh pemerintah.
Pelibatan Stake Holder yang kredibel
Menyadari pentingnya peran penyuluh pertanian sebagai mitra petani dalam proses budidaya maka Upsus PAJALE ini pun melibatkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Sayangnya kapasitas dan kinerja sebagian PPL pasca tumbangnya Rezim Orde Baru, dalam dua dasawarsa ini cenderung menurun.
Untuk menjamin efektivitas kegiatan Upsus di lapangan maka para PPL itu diperkuat dan didukung oleh para pemangku kepentingan (stake holder) yang relevan dan kredibel. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan pendampingan itu adalah:
1)TNI Babinsa (Bintara Pembina Desa). Keterlibatan Babinsa ini diharapkan dapat menjadi motivator bagi petani untuk melaksanakan tanam serentak, perbaikan jaringan irigasi, dan pengendalian hama tanaman (babi, misalnya). Selain itu, kehadiran bintara TNI diharapkan dapat menjadi pengaman dalam penyaluran benih, pupuk, alsintan serta pengamanan jalur irigasi.
2)Mahasiswa/Alumni Perguruan Tinggi. Kehadiran mahasiswa/alumni perguruan tinggi ini diharapkan dapat membantu PPL dalam pengawalan dan pendampingan pelaksanaan RJIT, GP-PTT, PAT, POL dan Demfarm; ,membantu PPL dalam penguatan lembaga tani, pengembangan jejaring kemitraan dengan pelaku usaha, pelaksanaan identifikasi potensi wilayah, serta pelaksanaan demfarm bersama dosen.
3)Dosen perguruan tinggi. Bertindak sebagai pembimbing mahasiswa/alumni pendamping penyuluh, melakukan koordinasi dengan SKPD dan lembaga penyuluh, melaksanakan demfarm bersama mahasiswa.
4)Tim pemantau (supervisor) yang bertanggung jawab melakukan supervisi program pendampingan mahasiswa/alumni.
Semoga bukan optimisme semu
Mengingat betapa komprehensif dan simultannya bentuk kegiatan serta dilibatkannya instansi-instansi yang tergolong kredibel maka, di atas kertas, Upsus PAJALE ini sangat memberi harapan—yaitu harapan akan mandirinya bangsa ini dalam memenuhi kebutuhan pangan pada tahun 2017.
Semoga saja hadirnya aparatur TNI dalam program ini mampu menimbulkan rasa takut pada “tikus-tikus” rakus yang berniat menggerogoti bantuan-bantuan yang akan diluncurkan pemerintah kepada para petani. Ingat, salah satu penyebab terpuruknya nasib petani dan anjloknya produksi pertanian kita karena ulah para oknum nakal (aparat pemerintah bekerjasama dengan pengusaha nakal) yang secara licik dan licin mempermainkan (salah satunya) tata-niaga pupuk mulai dari produksi hingga distribusinya.
Apabila kerjasama segitiga (kementan, TNI, dan perguruan tinggi) dalam program Upsus PAJALE ini sampai “kemasukan angin” maka dapat dipastikan dana besar yang akan digulirkan pemerintah akan menguap sia-sia. Bila itu terjadi, maka jargon tentang kedaulatan pangan, ketahanan pangan, atau swasembada pangan hanya akan menjadi mimpi belaka.
Salam Kompasiana.
Sumber: Buku panduan peberdayaan Petani: Pendampingan Mahsiswa dalam Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2015. Kerjasama Kementerian Pertanian RI dengan Universitas Lampung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H