Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kontroversi Alquran ‘Miracle the Reference’: Pelajaran Berharga untuk Penerbit

17 November 2012   14:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:10 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin menilaipenyimpangan tafsir ayat Alquran seperti yang terdapat di dalam Alquran 'Miracle The Reference' (AMR) dapat dikategorikan sebagai tindakan menodai agama.Karena itu pihaknya, seperti dikutip Merdeka Com (16/11/2012) mendesak PT Sygma Examedia Arkanleema (SEA), penerbit AMR, segera menarik dan memusnahkan produk yang terlanjur beredar di masyarakat.

Kesalahan AMR yang dinilai fatal adalah penyimpangan tafsir Surat Yasin ayat 13-14. Pasalnya penafsir AMR terlalu berani mencantumkan nama-nama utusan yang di dalm ayat bersangkutan tidak ada: Penggalan paragraph tafsir AMR yang bermasalah itu adalah:

“…Allah swt. berfirman, ‘Kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga’. Allah mengutus seorang nabi lagi untuk lebih memperkuat utusan usaha kedua nabi sebelumnya. Ibnu Juraij meriwayatkan dari Wahab bin Sulaiman dari Syu’aib al-Jubba’i, nama dua orang nabi yang pertama adalah Syam’un dan Yohanes, sedangkan Nabi ketiga Paulus…”

Bandingkan dengan terjemahan Departemen Agama 1989 untuk kedua ayat tersebut, sebagai berikut:

Ayat 13: Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka;

Ayat 14: (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu".

Agar kita semua mendapat lebih banyak rujukan untuk makna kedua ayat tersebut tidak ada salahnya kita simak juga terjemahan Alquran yang banyak dirujuk di dunia berikut ini.

Yasin: 13
Yusuf Ali: Set forth to them, by way of a parable, the (story of) the Companions of the City. Behold!, there came messengers to it.
Pickthal: Coin for them a similitude: The people of the city when those sent (from Allah) came unto them;
Shakir: And set out to them an example of the people of the town, when the messengers came to it.

Yasin: 14
Yusuf Ali: When We (first) sent to them two messengers, they rejected them: But We strengthened them with a third: they said, "Truly, we have been sent on a mission to you."
Pickthal: When We sent unto them twain, and they denied them both, so We reinforced them with a third, and they said: Lo! we have been sent unto you.
Shakir: When We sent to them two, they rejected both of them, then We strengthened (them) with a third, so they said: Surely we are messengers to you
.

Jadi, apa pun rujukan yang digunakan Tim Tafsir AMR, jelas sekali penyebutan tiga nama utusan itu sebagai tindakan terlalu berani.

Pelajaran berharga bagi penerbit

Terkait temuan tersebut pihak SEA telah mengakui kekhilafannya dan sudah berketetapan untuk menarik 10.000 AMR yang terlanjur beredar di masyarakat. Melalui situs resminya, SEA yang beralamat di Jl. Babakan Sari 1 No. 71 Kiaracondong – Bandung, menegaskan bahwa pihaknya sebagai penerbit buku-buku agama Islam dan Al-Quran, sama sekali tidak mendapat titipan misi apa pun dari siapa pun. Pihaknya konsisten dengan upaya  mendakwahkan Al-Quran, tanpa intervensi dari pihak manapun.

Permintaan maaf dan merevisi produk cetakan yang keliru adalah perkara mudah. Tetapi, bahan tulisan/cetakan yang terlanjur beredar dan dibaca masyarakat dapat diibaratkan tindakan yang terlanjur melukai. Meski kemudian luka itu dapat disembuhkan, toh dia sudah menimbulkan bekas yang akan melekat di tubuh sepanjang hayat.

Itu sebabnya para penerbit sebaiknya berhati-hati. Sebelum meluncurkan buku-buku terlebih yang bakal menjadi rujukan (referensi) harus mau mendiskusikan konten naskah dengan para ahli dan otoritas terkait.

Hanya dengan cara itu buku-buku yang controversial seperti kerap dijumpai dalam buku pelajaran sekolah (LKS, buku paket dan sejenisnya) tidak perlu lagi terulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun