Ulama jangan berpolitik. Ulama sebaiknya fokus mengurusi umatnya saja. Begitu kira-kira pandangan sebagian orang (pengamat) menyikapi isu POLITIK-SARA yang berkembang pasca tersebarnya video ceramah Rhoma Irama.
Jika yang dimaksud dengan “ulama jangan berpolitik” itu untuk mendudukkan persoalan kenegaraan dengan persoalan kehidupan beragama pada koridor yang tepat, maka pandangan tersebut masih bisa disebut logis.
Tetapi bila maksudnya untuk membatasi kiprah ulama dalam poltik dan urusan kenegaraan, maka pandangan ini boleh disebut ngawur, picik, mengingkari fakta sejarah dan realitas sosial politik yang terjadi di dunia, terlebih di Indonesia.
Ulama, adalah sebutan bagi orang yang memiliki kompetensi keagamaan dan otoritas kepemimpinan dalam agama Islam. Termasuk dalam golongan ulama adalah para kiayi, imam besar masjid,mubalig, dan ustadz.Dengan begitu maka, ulama dalam Islam sama fungsi dan peranannya dengan uskup dan pastor dalam Katholik, pendeta dalam Kristen, atau biksu dalam agama Buddha.
Catatan sejarah
Jauh sebelum agama Kristen lahir, terlebih Islam, Nabi Musa AS (Moses) sudah memberi contoh bagaimana seorang pemimpin (melalui gerakan politik) membebaskan umatnya (bani Israel) dari perbudakan kaisar-kaisar (Firaun) Mesir selama berabad-abad.
Kemudian nabi Muhammad SAW. Rasul akhir zaman itu diutus Tuhan bukan hanya untuk mencerahkan spiritualitas manusia tetapi sekali gus diberi mandat olehNya untuk memberi contoh bagaimana membangun negara (poltik). Sehingga sosok Muhammad SAW bukan hanya sebagai penyampai wahyu, tetapi juga menjadi “raja” yang merangkap panglima perang.
Jadi bagi umat Islam (dan Nasrani serta Yahudi) mengingkari peran pemimpin agama/spiritual dalam perpolitikan adalah suatu bentuk sikap/tindakan yang mengingkari sejarah agamanya sendiri.
Selanjutnya di jaman modern. Ingat bagaimana perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa dan terbentuknya negara India. Jelas kita tidak bisa membuang peranan sosok tokoh spiritual besar yang belum tergantikan hingga saat ini, Mahatma Gandhi. Dialah yang memelopori gerakan “tanpa kekerasan” yang membuat Inggris terpaksa melepas India menjadi bangsa merdeka.
Jangan pula dilupakan peranan Uskup Desmon Tutu dalam kemerdekaan Afrika Selatan. Andai saja tidak ada keterlibatan wakil tunggal Vatikan di Afrika Selatan itu, mungkin saja Nelson Mandela-sang presiden kulit hitam pertama negeri di ujung selatan benua hitam itu akan selamanya mendekam di penjara rezim Apartheid.
Berkutnya, tolong pula diingat sejarah Timor Leste. Di sana ada sosok Carlos Filipe Ximenes Belo,yang di Indonesia akrab disapa Uskup Belo. Aktivitas politik pemimpin tertinggi umat Katholik Timor Leste itu sama sekali tidak bisa dibuang begitu saja dari sejarah perjuangan panjang rakyatnya agar lepas dari Indonesia.
Terakhir, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia sendiri tidak bisa lepas dari peranan tokoh-tokoh seperti: Kiyai Hasyim Ashari, KH. Ahmad Dahlan, KH. Wahid Hayim, dan lain-lainnya. Siapa mereka itu? Ulama!
Realitas politik dunia
Realitas di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa semua upaya membatasi aktivitas ulama,uskup, pastor, pendeta, atau biksu dalam politik adalah absurd. Sebab dalam konteks hak-hak azasi, berpolitik adalah hak setiap orang. Ulama, pastor, pendeta dan sejenisnya itu hanyalah jabatan social. Dalam konteks bernegara, jabatan itu setara dengan jabatan-ajabatan professional lainya.
Itu sebabnya, di banyak negara keterlibatan pemimpin agama dalam bidang poiltik adalah sebuah keniscayaan. Berikut adalah beberapa contoh pemimpin spiritual di berbagai negara yang terlibat dalam politik.
ØDalai Lama Tibet Ke-14,Tenzin Gyatso, meski hidup di pengasingan tak pernah bisa dilepaskan dari pergerakan politik bangsa Tibet untuk bebas dari China.
ØJohn Bani, Presiden dan kepala negara Vanuatu(1999-2004) adalah seorang pendeta Gereja Anglikan.
Ø Tim Hutchinson, mantan anggota Senat Amerika Serikat, dia adalah sorang pastor gereja Baptist.
ØBenny M. Abante– mantan anggota kongres terkenal Filipina, saat itu dia adalah pastor pada Metropolitan Bible Baptist Church.
ØJean-Bertrand Aristide– Mantan PresidenHaiti, dia adalah mantan pastor Katholik.
Jadi, siapa pun umat beragama menggugat ulama agar jangan berpolitik adalah sebuah pandangan yang picik, tak paham sejarah agama dan bangsa-bangsa, juga mengabaikan realitas yang pernah dan akan terus berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H