Terenyuh juga menyaksikan tayangan ucapan minta maaf disertai isak tangis ibunda dan adik kandung Afriyani di layar TV One sore ini, 25 Januari 2012. Ucapan maaf yang tersendat karena tangis itu rasanya tidak bisa dikatakan sebagai ekspresi yang dibuat-buat.
Meskipun begitu, salah satu keluarga korban tewas dalam tragedi itu belum bisa menerima permintaan maaf tersebut karena bukan dari pelaku (Afriyani) secara langsung. Penolakan itu dilontarkan dengan ekspresi (wajah) yang kontras dengan yang terlihat pada keluarga Afriyani.
Perbedaan ekspresi wajah kedua pihak yang saling bertolak belakang itu tentunya merupakan sesuatu yang wajar. Wajar, sebab suasana bathin (emosi) kedua pihak tersebut tentunya berbeda.
Meski tidak sulit untuk memahami makna perbedan bahasa tubuh (ekspresi wajah dan getaran suara) kedua pihak itu, sebagai orang yang percaya bahwa di luar asa dan karsa manusia ada faktor illahiah yang menjadi penentu, maka muncul pertanyaan pada diri saya.
Ke manakah senyum Tuhan diarahkan?
Kepada permintaan maaf dengan derai air mata ibunda Afriyani kah?
Atau kah, kepada penolakan keras dengan sorot mata penuh amarah keluarga korban?
Andai Afriyani bersimpuh secara langsung di kaki keluarga korban atau di atas makam para korban untuk meminta maaf, apakah itu ada artinya di mata Tuhan?
Andai keluarga korban tetap ngotot mengharuskan si pelaku (Afriyani) meminta maaf secara langsung kepada mereka (secara teknis hukum sulit terwujud mengingat yang bersangkutan ditahan polisi) dan berharap penegak hukum menjatuhkan hukuman berat kepada si pelaku, apakah Tuhan akan merestuinya?
Benarkah arwah para korban tetap menyimpan amarah dan dendam kepada Afriyani si penabrak mereka, seperti dikatakan seorang makhluk Tuhan (berwujud manusia) yang mengklaim dirinya memiliki kemampuan berbicara dengan ruh, seperti ditayangkan dalam acara infotainment di salah satu stasiun TV?
Mengenai sikap Tuhan sendiri terhadap Afriyani saya pun punya pertanyaan. Apakah Tuhan juga akan menerapkan pasal berlapis untuk mengadili dan menmghukum Afriyani di akhirat kelak, sebagaimana yang sedang direncanakan para penegak hukum RI saat ini?
Tuhan, ketika banyak orang ramai-ramai memaki, menghujat dan memperolok Afriyani, apakah engkau juga ikut melakukannya?
Tuhan, saya bertanya demikian karena hamba Mu ini terlalu bodoh untuk memahami cara kerja Mu.
Ampunilah hamba Mu ini Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H