Cak Surip adalah salah seorang tukang ojek yang sering mangkal di perempatan jalan masuk ke permukiman kami. Meski pekerjaan resminya ngojek, Cak Surip punya ketrampilan lain yakni (sesuai pengakuannya) mampu membaca watak dan pikiran orang lain, meski hanya lewat foto.
Nah, ketika TV –TV ramai menayangkan sosok (wajah) si pengemudiXenia maut yang menabrak belasan orang di Jakarta Utara dan menewaskan 9 diantaranya, Cak Surip memaparkan hasil terawangannya.
“Waah, kok orang-orang komentarnya pada nagawur sih”kata Cak Surip menanggapi berbagai pendapat orang tentang Sosok Afryiani sang pengemudi maut.
“Ngawur gimana tho Cak?” tanya saya.
“Masak ada yang bilang dia layak dihukum mati. Itu asal ngomong namanya”lanjut Cak Surip setengah protes.
“Kenapa bukan hikmah postifnya yang diambil dari Sosok Afriyani itu” kata Cak Surip memulai paparan hasil terawangannya.
“Emang hikmah positif apa yang bisa diambil dari kejadian itu Cak?” kejar saya.
Cak Surip menjelaskan hasil terawangannya yang summary-nya sebagai berikut:
Belum lama ini kan kita dihebohkan oleh kasus pilot mabuk dan istilah negeri autopilot. Jika pilot mabuk adalah kejadian nyata, istilah autopilot adalah sindiran terhadap SBY yang dinilai memimpin negeri ini tak ubahnya seperti pilot yang menyerahkan kemudi pesawat kepada mesin autopilot.
Sayangnya gak satupundari para pengamat kasus pilot mabuk, juga para pengkritik pengusung istilah negeri autopilot itu yang mampu menghadirkan contoh konkrit tentang bencana yang dapat ditimbulkan oleh pilot mabuk atau pesawat yang kemudinya ditinggalkan oleh pilot aslinya.
Nah, Afriyani melalui tindakannya ‘nyabu’ sebelum mengemudi sebenarnya mencoba menerapkan gaya mengemudi sambil mabuk. Tujuannya untuk membuktikan bahwa jika pesawat bisa terbang dengn lurus dikemudikan oleh pilot mabuk, apatah lagi mobil Xenia yang panjangnya tak lebih dari 4 meter itu.
Sayangnya eskperimen Afriyani gagal. Kegagalan ini penting bagi pemimpin negeri autopilot.
Jika mobil Xenia saja bisa merenggut 9 nyawa jika dikemudikan sambil mabuk. Apa yang akan terjadi jika sebuah negara “dikemudikan” oleh pemimpin mabuk: mabuk kuasa, mabuk citra, mabuk pujian.
Mendengar paparan Cak Surip, saya hanya bisa diam, tak berani mendebatnya. Sebab saya paham betul dalam keadaan sadar saja analisis cak Surip ab-(para)-normal, apatah lagi kalo dia sedang mabuk seperti saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H