Siapa pun manusianya, laki-laki atau perempuan, tua atau muda, miskin atau kaya, sekolahan atau buta huruf, jika terkena pelet pasti akan bertekuk lutut, memohon cinta si pemilik pelet. Itulah klaim penjanja ilmu/jimat percintaan itu. Hebat, jika seperti itu dahsyatnya ilmu pelet saya pun mau memilikinya, dengan target pertama adalah Syahrini.
Tetapi sebelum memutuskan berburu ilmu pelet yang hebat itu saya mencoba mencari rujukan yaitu contoh nyata orang yang telah sukses. Logika sederhana saya mengatakan jika memangseperti itu kehebatan pelet, maka di dalam kehidupan nyata kita akan banyak menjumpai kisah percintaan yang luar biasa dan dramatis.
Misalnya, seorang pemuda miskin, jelek, dan kurang berpendikan pula, berkat ilmu pelet yang dimilikinya berhasil menggaet seorang artis sinetron yang cantik, cerdas dan kaya raya.Sayangnya, kisah semacam itu hanya dapat dijumpai di dalam sinetron atau novel-novel saja. Dalam kehidupan nyata, kalau bukan koleganya sesama kaum selebriti, yang berhasil menggaet artis jelita tadi adalah anak pejabat tinggi atau anak konglomerat. Itulah faktanya!
Kesimpulan saya: “Pelet hanya menjual mimpi yang membuai orang-orang yang kurang berdaya dengan sedikit rasa percaya diri yang digantungkan pada janji kemukjisatan”.
Berikut adalah cara penjual ilmu/jimat pelet menutupi kebohongan ilmu/jimatnya.
Klien (pencari jasa) pelet biasanya diminta untuk melakukan perubahan sikap dan penampilan. Misalnya, jika klien tersebut seorang wanita maka dia disarankan untuk rajin berhias, ramah kepada setiap orang, tidak sombong, tidak mudah marah, tidak makan di sembarangan tempat, tidak mengumpat, tidak jorok. Apa artinya semua itu?
Jika kemudian orang tersebut segera mendapat jodoh, apa sesungguhnya yang paling berperan? Perubahan sikap dan penampilan, karena mematuhi perintah dan larangan, atau karena pelet itu per se? Yang pasti, jika berhasil si pengguna (klien) akan berkesimpulan bahwa keberhasilannya itu karena keampuhan pelet atau pengasihan yang dimilikinya.
Jika tidak berhasil? Si klien akan membuka file daftar perintah dan larangan yang harus dipenuhi sesuai “kontrak”. Sepintas lalu perintah dan pantangan yangharus dipatuhi oleh klien memang ringan, tetapi cobalah renungkan siapa yang mampu mengubah total sikap dan penampilan secara sempurna dan konsisten.
Dapatkah kita selalu ramah, tidak sombong, atau tidak marah dalam setiap situasi atau kesempatan. Mustahil! Jangankan untuk melaksankannya secara konsisten, untuk selalu ingat pada persyaratan itu saja sulitnya luar biasa. Ketika semua persyaratan diingat secara runtutsi klien pasti akan menemukan adanya pelanggaran yang telah dilakukannya baik disengaja atau tidak. Siapa yang salah jika gagal? Si klien sendiri!
Karena trik para dukun terlalu membodohkan saya dan saya tidak menemukan contoh orang sukses dengan ilmu pelet. Maka saya putuskan untuk melupakan angan-angan dan obsesi saya memelet Syahrini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H