Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

ISIS: Emang Gampang Mencabut Bai’at?

10 Agustus 2014   05:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:55 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari siapa (dalang) dibalik gerakan The Islamic State of iraq and Syria (ISIS), misi dan aksi kelompok radikal pimpinan Abu Bakr Al Baghdadi itu cukup membuat panik banyak pihak. Di Indonesia, kepanikan itu terlihat dari intensnya pemberitaan, komentar, diskusi, kecaman, hingga pengharaman terhadap ISIS.

Selain itu juga muncul berbagai tindakan reaktif masyarakat dan aparat seperti pembersihan simbol, poster, dan bendera ISIS. Ada juga aksi pengumpulan tanda tangan oleh santri sebuah Ponpes di Jawa Barat menolak dan mengecam ISIS , hingga razia terhadap pendatang seperti yang berlangsung di Balik Papan.

Pertanyaannya, dapatkah gerakan ISIS di Indonesia dibendung dengan cara-cara konvensional seperti itu? Jika persoalan ISIS semata-mata hanya berkaitan dengan perkara sosial dan politik yang kasat mata, rasanya reaksi yang telah diberikan itu bisa efektif.

Akan tetapi, mengingat gerakan ISIS juga terkait dengan ‘keyakinan’ di mana dalam rekrutmen keanggotaanya melibatkan ritual-sakral (bai,at) maka persoalannya tidaklah sederhana. Secara fisik-material anggota ISIS boleh saja dipandang sebelah mata, tetapi secara psikis-mental anggota-anggota yang sudah terikat bai,at sangat tidak bisa diabaikan.

Dalam Islam, bai’at bukan sekedar ritual pelantikan seremonial, melainkan ritual yang memiliki nilai sakral. Di dalamnya ada penyerahan diri kepada Allah atas apa yang dia ucapkan; ada kesetiaan kepada pemimpin; kerelaan membela dan berkorban untuk pemimpin; dan kerelaan menerima hukuman bila berkhianat. Jadi, orang-orang yang berbai’at atas dasar keyakinan, pendiriannya sulit tergoyahkan.

Kalaupun simbol-simbol mereka musnah diberangus, senjata mereka habis dirampas, organisasi mereka dilarang, sepanjang bai’at mereka masih jadi pegangan paham mereka tidak bisa dikikis. Sudah menjadi hukum alam bahwa, seminoritas apa pun komunitas penganut sebuah paham (aliran), paham tersebut akan tetap eksis, menular dan menurun kepada generasi selanjutnya.

Penting pula dicatat oleh semua pihak bahwa di kalangan minoritas penganut suatu paham berlaku ungkapan bahwa “semakin banyak oranbg yang mencela ajaran dan misinya, semakin membuktikan bahwa ajaran tersebut benar”. Dasarnya, “tidak ada nabi yang tidak dihinakan dalam perjuangan menegakkan kebenaran”.

Jadi, terkait ISIS ini ya kita sikapi secara wajar dan proporsional saja. Jangan sampai reaksi-reaksi berlebihan dengan mencela, mengecam, dan mengutuk justru meneguhkan keyakinan mereka bahwa mereka sedang menghadapi ujian (cobaan) dalam menegakkan kebenaran. Jika itu terjadi, alih-alih terbendung, ISIS malahan bisa kian melambung.

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun