Mohon tunggu...
Andhika Alexander
Andhika Alexander Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pascasarjana Program Magister Profesi Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Belajar Dari Saluran Air

12 November 2014   16:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:59 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu lagi mandi, kok rasanya di kakiku berkumpul sejumlah air ya? (kayak apaan aja sejumlah air...zzzzz). Ternyata, saluran air (saya lupa istilahnya, tapi saya coba fotokan. Entah apa itu namanya ya?) sedang tertutup. Coba rekan-rekan perhatikan, masih ada genangan airnya kan?



Saya pun langsung membuka saluran air tersebut, dan seketika juga...WUSSSSS, air tadi yang sempat menggenang langsung meluncur deras ke dalam lubang air tersebut. Yey! Kering!

Tiba-tiba, insight muncul di kepala saya. “ahhh, ternyata, kejadian barusan ada pelajarannya juga...” apa tuh?

Air di atas melambangkan ilmu pengetahuan, potensi, talenta, bakat, dan kemampuan yang kita miliki. Sedangkan, saluran air melambangkan diri kita sendiri.

Kadang, bahkan sering, banyak diantara kita yang merasa “GW PALING...bla bla bla...” paling hebatlah, paling pinterlah, paling ganteng or cantik, paling kaya, dan paling-paling-paling lainnya. Kita pun menjadi sulit untuk menerima masukan, kritik, saran, ide, pemikiran, dan sebagainya dari orang lain dan dari apapun yang lain.

Seperti saluran air di atas, ketika diri kita tidak mau terbuka dan menjadi tertutup serta menganggap kitalah segalanya maka akan muncul berbagai hal negatif, ya, air itu menumpuk di suatu tempat. Tidak mau terbuka atas apapun, pengetahuan dan kelebihan kita menumpuk dalam diri sendiri, akhirnya tidak berguna bahkan menjadi penyakit bagi kita sendiri. Ibaratnya, jika air tadi dibiarkan menjadi genangan air, bukankah nanti akan menimbulkan sumber penyakit? Misalnya munculnya jentik-jentik nyamuk demam berdarah?

Layaknya saluran air, ketika saluran tersebut dibuka, air akan mengalir dengan derasnya. Alhasil, ketika saya menyiramkan kembali ke tempat tersebut, air tetap mengalir dengan derasnya dan tidak menumpuk. Semua manusia dianugerahi bakat, potensi, kemampuan, dan sebagainya oleh Sang Pencipta. Akan tetapi, kesemuanya itu tidak hanya harus dikembangkan, melainkan pula harus dibagikan kepada sesama. Mengapa harus dibagikan? Agar kita pun dibagi hal lainnya oleh sesama. Pada akhirnya, kita pun akan berkembang bersama, dan saling mengisi, bahu membahu, satu sama lain. Saya rasa, itulah esensi kita hidup. Membagi dan dibagi, tanpa putus, tanpa henti demi pengembangan bersama.

1415759993658387346
1415759993658387346

Mari kita saling mengembangkan kemampuan dan potensi selaras dengan membagikannya kepada sesama. Jadilah saluran air yang terbuka, dan selalu siap untuk menampung dan membiarkan air lain mengalir daripadanya.

Warmest Regards,

Andhika Alexander Repi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun