Mohon tunggu...
Zaki Iskandar
Zaki Iskandar Mohon Tunggu... Auditor - YNWA!

YNWA!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Terungkapnya Aksi Persekongkolan Kompasianers Banyumas

30 Desember 2011   08:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:34 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_152783" align="aligncenter" width="540" caption="Kang Agus Pribadi (Salah Satu Pengarang dalam Antologi BSL) dan Kang Bayu"][/caption]

Di tengah-tengah kesemrawutan bangsa dan negara yang teramat gaduh oleh berbagai macam kasus politik, hukum, sosial, ekonomi, olah raga, dsb., maka apa yang dilakukan oleh beberapa orang berikut ini menjadi semacam anomali atas situasi kurang menyenangkan itu. Betul, sebagian dari mereka secara terang-terangan melakukan penghasutan kepada yang sebagian yang lain; namun jika dikaitkan dengan kondisi kekinian, tindakan tersebut saya pikir tidak jauh beda dengan serangkaian agitasi berlabel sosialisasi, promosi, atau kegiatan sejenis dalam nama dan bentuk apapun. Perbedaannya terletak pada arah gerak pendulumnya: yang pertama mengarah ke kutub negatif, sedangkan yang terakhir menuju ke arah kebaikan.

Ngompol, ya? Saya jawab, bukan! Ini bukan ngomong politik, sungguh.

Saya hanya ingin bercerita tentang ”kelakuan” sahabat-sahabat yang sangat saya hormati yakni Kang Bayu, Kang Singgih Swasono, dan Kang Agus Pribadi. Alkisah, beberapa hari yang lalu saya dan Kang Bayu sowan ke kediaman Kang Singgih dan Kang Agus. Maksud hati adalah ingin bersilaturahim, berdiskusi, dan menyatakan ketertarikan kami pada dua sosok ronggeng alias lengger molek yang kami kira menginap di rumah Kang Singgih. Tapi sebelum kami mendapatkannya, rupanya tanpa disadari kami terlanjur dibuai oleh hasutan dan iming-iming angin surga dari Kang Singgih (dan juga dari Kang Agus tatkala kami bersua di kediamannya). Dalam hati saya langsung menuduh bahwa ini semua adalah sebuah persekongkolan yang direncanakan dengan matang oleh beliau berdua. Apakah gerangan itu?

[caption id="attachment_152875" align="aligncenter" width="576" caption="Inyong, Kang Bayu, dan Kang Singgih di Kediaman Kang Singgih (gambar dari Kang Bayu)"][/caption]

Pertama, Kang Singgih dan Kang Agus secara blakasuta memberitahu kami tentang rencana para penulis Banyumas Raya untuk menyusun lagi sebuah antologi dan mengajak kami untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Jujur saja, saat itu saya langsung terhasut rayuan mereka; apalagi tema besarnya adalah cerita yang berlatar belakang sejarah di Banyumas Raya pada rentang waktu 1945 sampai dengan 1970. Tapi yang lebih membuat saya bergairah adalah adanya kemungkinan keterlibatan sang sastrawan besar, Kang Ahmad Tohari, dalam proses lanjutan dari ”proyek sastra edisi kedua” tersebut.

Bagi saya pribadi, nama besar Ahmad Tohari adalah ”sesuatu banget”. Sebenarnya, sebelum kami membahas rencana besar itu, Kang Singgih sempat menceritakan pengalamannya ketika bertandang ke padepokan Ahmad Tohari di Jatilawang. Salah satu bagian cerita yang langsung membuat mata saya terbelalak adalah tentang kharisma dan kemasyhuran Ahmad Tohari, yang disertai pula kisah kesederhanaan beliau walaupun hidupnya kini bergelimang penghargaan dan royalti. Hmm, tiba-tiba di benak saya tercipta sebuah rumus ”MENULIS KARYA SASTRA + AHMAD TOHARI = NGETOP + MANDI DUIT ROYALTI” yang dengan mengkhayalkannya saja bisa membuat saya berliuran. Untunglah saat ini, sedikit demi sedikit, saya bisa membuang hawa nafsu komersil karena menyadari bahwa saya sangat berbakat untuk mendapat gelar ”Kakangmas Matre”.

Yang kedua, Kang Singgih dan Kang Agus juga berhasil membuat saya sangat tertarik untuk menghadiri acara bedah buku antologi ”Balada Seorang Lengger” pada tanggal 22 Januari 2012. Acara yang rencananya diselenggarakan di kediaman Kang Singgih tersebut insya Allah akan dihadiri oleh Kang Ahmad Tohari. Saya diiming-imingi oleh Kang Singgih bahwa jika saya bersedia datang, maka saya akan memperoleh prioritas untuk mendapatkan tanda tangan dari sastrawan legendaris tersebut. Kira-kira kalau saya membawa beberapa buah buku, kaus, piring, payung, asbak, kerpis, dan gelas berkuping, Kang Singgih bisa membujuk Kang Ahmad Tohari untuk meneken semuanya atau tidak, ya?

***

Sebagai penutup, tidak lengkap rasanya apabila saya tidak menceritakan akhir dari kisah perburuan ronggeng a.k.a. lengger yang saya dan Kang Bayu lakukan. Kami yang sudah dimabuk kepayang oleh bayangan kemolekan sang ronggeng harus menerima kenyataan memilukan. Hari itu cuma Kang Bayu yang bisa memboyong pulang sang lengger untuk dijadikan sebagai teman tidurnya. Saya hanya bisa berharap bahwa pada tanggal 22 Januari tahun depan saya bisa menggamit sang lengger, ups, maksud saya adalah buku ”Balada Seorang Lengger”, karena sebagian buku yang tergeletak di sekitar tempat tidur sudah ter-khatam-kan. Bosan saya dengan teman tidur yang itu-itu saja....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun