[caption caption="Suasana pelayanan di kantor pemerintah (sumber: dok. Kandar)"][/caption]
Jadi, pada siang semasa rehat kerja itu, ketimbang saling mengolok penampilan Si Merah dan Si Merah Bertanduk, saya dan musuh bebuyutan saya lebih banyak membahas masakan tradisional daerah kami yang tampaknya mulai ditinggalkan.
Hampir di setiap forum obrolan bertemakan kuliner, saya dengan bebalnya selalu memuji betapa lezatnya gulai nangka muda dengan topping sambal cabe merah. Kamu, kata saya sambil menuding wajah sang musuh, harus mencoba lauk gulai nangka itu! Tapi syarat dan ketentuan berlaku, saya menambahkan.
Perinciannya adalah sebagai berikut: makanlah nasi berlauk gulai nangka itu pada hari Jumat yang siangnya terik. Sebelum berangkat jumatan, minta tolonglah pada sang koki untuk menyiapkan gulai nangka berkuah tidak kental yang dimasak dengan bumbu ala Banyumasan, sambal cabe merah, dan nasi putih panas mengepul. Ketika dirimu telah pulang dari masjid, kepanasan, maka segeralah bersantap dengan hidangan itu. Lezat tak terkira, dijamin!
Aduhai, membicarakan lauk makan siang favorit sudah barang tentu membangkitkan nafsu pada tengah hari itu. Saya jadi lapar. Dan begitu pula beberapa orang yang mendengar obrolan kami. Lalu kami bersepakat, dan bergegas, dan bersemangat.
Namun, pada akhirnya hilang sudah nafsu makan saya gara-gara satu hal.
Nona, Sadar Diri Dong Kamu Itu Lagi Ada di Mana
Pada hari kerja, saya adalah orang yang hampir selalu berinteraksi dengan masyarakat umum di kantor atau instansi pelayanan publik. Di tempat resmi dan berurusan dengan sesuatu yang serius. Nah, pada akhir pekan, barulah saya berjumpa dengan orang-orang di tempat-tempat tidak resmi, dalam suasana rileks.
Di tempat resmi, biasanya, orang-orang yang punya tata krama akan berbusana dengan patut. Di luar itu, sebagian orang tetap berpakaian patut, sebagian lagi bersikap masa bodoh.
Jadi, ketika siang itu disuguhi paha-paha yang berseliweran, entah kenapa nafsu makan saya tiba-tiba menghilang. Pun nafsu-nafsu lainnya. Hari itu adalah hari kerja dan saya jadi senewen melihat beberapa orang berbusana terlalu mini di kantor pelayanan publik. Memang sih, itu hak sampeyan untuk mengekspresikan diri. Tapi, ya, sadar diri, dong!
Saya khawatir lama-lama manusia datang mengurus kartu keluarga hanya memakai cawat saja…