[caption caption="Doea Sedjoli.... (sumber gambar: sayangmelaka.blogspot.com)"][/caption]
Ini adalah kisah percintaan antara dua butir telor. Telor ayam tepatnya. Sebutir telor lelaki bernama Sumarkidjo telah lama memendam rasa cinta kepada sebutir telor perempuan bernama Sumiati.
“Mia, aku jatuh cinta padamu. Sejak pandangan pertama….” ucap Sumarkidjo tatkala bersua Sumiati secara tak sengaja di pinggiran sebuah telaga. Suaranya parau dan wajahnya yang pucat menjadi semakin pucat.
“Ohh!” Sumiati terkesiap. Parasnya memerah menahan malu. “Tapi tampangmu terlalu pucat, Mark! Lelaki bertampang pucat itu bukan tipeku,” sambungnya.
“Baiklah, aku akan melakukan sesuatu,” jawab Sumarkidjo.
Esoknya Sumarkidjo sang telor pucat berikhtiar untuk membuat kulit tubuhnya berwarna lebih gelap dari biasanya. Ia melumuri dirinya dengan apa saja yang ia temui di dapur dan kebun belakang rumahnya.
Beberapa sahabat sesama telor membantu “membungkus” badan Sumarkidjo dengan adonan yang terbuat dari campuran kecap, garam, daun bawang merah, daun jambu biji, daun jati, daun salam, lengkuas, dan gambir. Bahkan telor-telor itu rela merebahkan diri di pinggir jalan, siang dan malam hari, sebagai tempat Sumarkidjo duduk berjemur dan mengangin-anginkan tubuhnya.
Satu minggu kemudian Sumarkidjo bertemu kembali dengan Sumiati. Telor perempuan itu tak pernah menyangka akan berjumpa dengan sosok sebutir telor idaman yang sama persis dengan kriterianya. Ia langsung jatuh hati.
“Hai lelaki coklat, siapakah namamu?” tanya Sumiati tak kuasa menahan rasa ingin tahunya.
“Hai perempuan jelita, namaku Joe,” jawab Sumarkidjo dengan percaya diri.
“Joe, aku jatuh cinta padamu. Sejak pandangan pertama….” ucap Sumiati tanpa ragu.