Menjelang rencana keberangkatan ke Kota Solo untuk bersilaturahim dengan sahabat-sahabat Kompasianer, insya Allah pada 4 Desember 2011 mendatang, siang ini saya ingin berbagi kisah bo’ongan mengenai asal-usul nama Iga Mawarni, putri Solo yang gemar menyanyi jazz itu.
Versi cerita yang hendak saya tuangkan dalam tulisan ini mirip-mirip dengan apa yang pernah disampaikan oleh Dwijo, seorang penyiar Radio Gema Mahasiswa Purwokerto.
Alkisah, ketika sedang mengandung bayi Iga Mawarni, saat itu ibunda Iga Mawarni tengah mengikuti suaminya yang berdinas di Kota Purwokerto. Pasangan yang berbahagia tersebut memilih untuk tinggal di kawasan perbukitan Baturaden yang tenang dan berhawa sejuk.
Tepat ketika umur kandungan sang ibunda menginjak sembilan bulan dan sepuluh hari, tiba-tiba pada malam itu perut sang ibu melilit pertanda si bayi ingin segera keluar untuk melihat indahnya dunia. Mengetahui hal itu, tentu saja sang suami merasa bahagia walaupun sedikit bercampur cemas. Segera dihidupkannya mesin mobil untuk membawa sang istri ke Rumah Sakit Umum Purwokerto yang letaknya 8 kilometer di bawah sana.
Tapi, sial, mesin mobilnya tidak mau menyala, padahal malam itu hujan mulai turun rintik-rintik....
Akhirnya sang suami tetap bisa membawa sang istri ke rumah sakit. Karena panik, ia nekat memboncengkan istrinya naik sepeda motor dengan melaju kencang menuruni jalan Baturaden – Purwokerto yang berliku-liku, di tengah dinginnya udara malam, hanya dengan mengenakan celana pendek dan berkaos dalam saja. Bersyukur akhirnya pasangan tersebut sampai tepat waktu di rumah sakit dan sang ibu berhasil melahirkan seorang bayi perempuan cantik dengan selamat.
Kemudian, setelah situasi dan kondisi mulai pulih, sang ibu mulai menanyakan kepada suaminya mengenai nama yang akan diberikan kepada anak perempuan mereka. Pembicaraan tentang nama tersebut dilakukan ditengah-tengah suara-suara sendawa sang suami yang tengah dikeroki oleh seorang kerabat karena sang suami mendadak merasakan tubuhnya meriang dan masuk angin.
Ternyata benar terkena masuk angin, karena punggung dan pinggang sang suami menjadi belang-belang akibat kerokan tersebut. Demi melihat pinggang atau iga sang suami menjadi berwarna-warni, tiba-tiba sang ibu mendapat ide mengenai nama yang akan diberikan kepada putri mungilnya yang cantik itu: IGA MAWARNI!
Sang suami hanya bisa pasrah dan mengangguk lemah tanda setuju....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H