Garuda Indonesia, maskapai penerbangan kebanggaan bersama milik bangsa Indonesia ini, pada tahun 2015 lalu telah melakukan pencapaian yang bukan main-main. Flagship carrier bisnis penerbangan nusantara ini membukukan pertumbuhan laba nyaris menyentuh angka Rp6 trilyun! Bayangkan, dari menanggung kerugian hampir Rp5 trilyun pada tahun 2014, perusahaan pelat merah ini sukses menangguk laba Rp1 trilyun pada tahun 2015. Mari angkat topi untuk jajaran direksi dan karyawan Garuda!
Jika ditelisik sedikit lebih dalam, kinerja kinclong Garuda Indonesia tersebut tentu tak lepas dari strategi manajemen dalam banyak aspek. Mereka melakukan pembenahan, efisiensi, juga penerapan cara-cara baru. Hasilnya, selain keuntungan finansial tadi, juga prestasi awak kabinnya yang kembali berhasil meraih penghargaan “The World’s Best Cabin Crew 2015” dari Skytrax - lembaga pemeringkat penerbangan independen. Dan pada “Skytrax Award 2015”, Garuda Indonesia juga dinobatkan sebagai peringkat ke-8 “World’s Best Airline”.
Jet Solidarity
Sejujurnya, apabila dikaitkan dengan riuhnya publik menyambut Rio Haryanto berlaga di kompetisi F1 2016, maka tujuan utama artikel ini adalah untuk merayu korporasi raksasa tersebut agar bersedia cawe-cawe dalam hal pendanaan yang masih keteteran itu.
Pihak Rio dimintai sumbangan sebesar 15 juta euro dan sepertiganya sudah teratasi. Apabila dua pertiganya ditanggung ramai-ramai oleh swasta dan BUMN non-Pertamina, maka semakin tenanglah Rio dalam menyusun strategi balap – dalam arti ia bisa berkonsentrasi penuh karena tak harus kepikiran ikut mencari alternatif sumber dana.
Garuda Indonesia yang kita cintai punya pengalaman dalam hal menggelontorkan dana jutaan euro dalam ikhitiarnya membangun sekaligus memasarkan brand. Ketika logo dan nama perusahaannya terpampang di seragam latihan dan jaket Liverpool FC, maka pada saat itulah kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan perhatian publik dunia akan suatu merk bisnis, muncul secara bersamaan. Dampak positif dari usaha tersebut mungkin tidak serta merta signifikan, dan ini sejalan dengan pemahaman kita semua bahwa segala sesuatu itu butuh proses.
Pertamina dan Garuda Indonesia adalah segelintir BUMN yang kelasnya mulai mendunia. Apabila kita renungkan, maka sebenarnya yang harus lebih giat berakselerasi secara global adalah perusahaan yang skala potensi pasarnya lebih besar. Dalam hal ini, janji Pertamina untuk mengucurkan 5 juta euro bagi Rio seharusnya menimbulkan “kedengkian” Garuda Indonesia dalam konteks partisipasi dalam membantu perjuangan seorang anak bangsa di dunia olahraga. Nilai 5 juta euro kurang lebih hanya separuh dari anggaran sponsorship dengan Liverpool FC, yang akan berakhir dalam waktu dekat ini. Dus, jika Garuda Indonesia bersedia menutup kekurangan dana sebesar 10 juta euro, maka separuh masalah yang melingkupi Rio bisa dikatakan telah terpecahkan.
Jet-jet Garuda Indonesia yang mengarungi angkasa raya dengan gagah perkasa telah membuktikan kepada bangsa betapa pencapaian mereka telah membuat bangga nusantara. Dengan bantuan kalian, kini tiba saatnya jet darat dengan pilot asli Indonesia ikut menggelegar dan membahana. Ayo bantu Rio!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H