[caption id="attachment_219824" align="aligncenter" width="480" caption="Bukan tongkat komando... (sumber gambar: jagatreview.com)"][/caption]
Sudah sebulanan ini Pak Bupati dari sebuah negara bernama Republik Koplaknesia muring-muring di kantornya. Beliau kesal karena urusan sebatang tongkat komando.
Tongkat komando ini adalah tongkat yang istimewa karena ketika dijepitkan di bawah ketiaknya, maka pesona dan kewibawaan Pak Bupati yang berwajah ganteng itu akan semakin memancar cemerlang. Benda yang selalu dijepit-jepitkan oleh Pak Bupati tersebut merupakan hadiah dari seorang sohibnya dan disebut-sebut memiliki aura magis dengan daya yang luar biasa sehingga rahasia tentang aura magis tersebut tidak boleh diketahui oleh sembarang orang. Karenanya, sang tongkat harus betul-betul dijaga dan dipelihara dan yang merawatnya pun haruslah seorang wanita istimewa yang telah memenuhi kualifikasi tertentu.
Sebenarnya permasalahan yang menyangkut tongkat istimewa tersebut berawal ketika PakBupati mulai tidak akur dengan Ibu Bupati. Sang tongkat yang biasanya setiap hari diberi perlakuan khusus oleh Ibu Bupati, akhirnya menjadi terbengkalai. Benda itu lama-lama terlihat kusam karena tidak terurus. Mungkin karena alasan itu Pak Bupati diketahui mulai jarang menjepitkan tongkatnya. Akibat tidak langsungnya, Pak Bupati merasa kinerjanya lumayan terganggu.
Pak Bupati memutuskan untuk meminta pendapat sohibnya tentang bagaimana mencari jalan keluar permasalahan itu. Saran si sohib amat simpel: cari saja wanita lain untuk menggantikan peran Ibu Bupati dalam merawat tongkat ajaib itu. Pak Bupati setuju dan meminta bantuan sang sohib untuk sekalian mencarikan calon perawat tongkat tersebut. “Calonnya harus memenuhi persyaratan tertentu loh!” ujar Pak Bupati kepada sohibnya. “Dia harus perempuan yang belum pernah memegang tongkat….”
Singkat cerita, sang sohib pun mendapatkan seorang wanita yang dianggap memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Pak Bupati. Setelah selesai diwawancarai, Pak Bupati langsung menyodorkan kontrak kerja kepada sang calon yang ternyata seorang gadis muda usia – sebut saja namanya Bunga. Bahkan beliau berkenan membayar persekot gaji sekian ratus juta mengingat betapa pentingnya fungsi tongkat ajaib itu bagi dirinya. “Ngundang biduan ndangdut ibukota aja nggak segede ini biayanya loh, Dik,” ujar Pak Bupati ketika menyerahkan segepok uang kepada si gadis.
Sebelum berpisah, Pak Bupati terlebih dahulu membuat kesepakatan dengan calon perawat tongkatnya bahwa beberapa hari mendatang Pak Bupati akan secara langsung mengajarkan cara merawat tongkat yang baik dan benar.
Hari yang ditentukan pun tiba. Bunga yang telah dipilih sebagai calon perawat tongkat diberi brifing singkat untuk kemudian diminta memeragakan cara memperlakukan tongkat istimewa Pak Bupati. Ternyata si gadis, karena nalurinya, sangat cekatan ketika mempraktekannya. Namun dia sempat bersin-bersin beberapa kali ketika pertama kali memegang tongkat yang terlihat kusam itu.
Tak disangka-sangka Pak Bupati naik pitam demi melihat hal tersebut. Beliau marah-marah dan langsung meninggalkan Bunga yang cuma bisa berdiri mematung terheran-heran.
Malamnya, Pak Bupati mengirimkan SMS yang isinya berupa pemecatan sang gadis dari pekerjaannya sebagai perawat tongkat. Pak Bupati beralasan bahwa Bunga dianggap sudah sangat berpengalaman mengurusi tongkat sehingga dikhawatirkan akan menurunkan aura keajaiban benda tersebut. Beliau juga menuduh bahwa gadis itu penyakitan karena sempat bersin-bersin.
Bunga syok dengan perlakuan Pak Bupati. Sambil sesenggukan, dia curhat kepada pamannya bahwa alasan pengalaman memegang tongkat itu hanya mengada-ada. “Sumpah saya belum pernah memegang tongkat seperti kepunyaan Pak Bupati. Saya cuma pengalaman ngurusin tongkat pramuka. Lagian itu tongkat baunya amit-amit deh, saya jadi nggak tahan dan langsung bersin-bersin….”
***
Demikianlah kisah tentang skandal tongkat yang senantiasa dijepit-jepitkan oleh Pak Bupati, yang diperoleh Dulkemit waktu nguping di jamban kantor berita KoplakYoBand Agency. Ora lucu yo band wkwkwkwk….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H