[caption id="attachment_147444" align="aligncenter" width="567" caption="Kebersamaan di Warung Soto (Hasil Jepretan Mbak Niken)"][/caption]
Menurut saya, bersin alias wahing adalah salah satu dari begitu banyak nikmat Allah yang luar biasa. Begitu saya selesai bersin, saya harus mengucap hamdalah karena merasakan suasana fisik dan psikis yang nyaman dan lega. Tapi omong-omong, apakah Anda pernah mau bersin tapi tak jadi bersin? Rasanya pasti kesal campur gondok, bukan? Saya kebetulan sering 'gagal bersin' dan rasanya sungguh menjengkelkan. Nah, cerita mini berikut ini adalah metafora yang mungkin cocok dengan hal tersebut. Adalah Pak Johan Wahyudi dan Mbak Niken yang hari itu berkolaborasi untuk memuliakan para Kompasianer yang hadir dalam acara Solo Cyber Day pada hari Minggu kemarin. Beliau berdua berrencana untuk menjamu tetamu dengan makan siang bersama di suatu tempat. Perundingan mengenai tempat makan yang dirasa cocok, berlangsung cukup lama dan alot. Tapi alhamdulillah, akhirnya semua sepakat untuk menikmati soto ayam khas Solo di tempat yang berjarak paling dekat dari stan Kompasianer. Kira-kira menjelang pukul 12 siang, berangkatlah kami dengan berjalan kaki berramai-ramai ke warung soto dimaksud. Kami berjalan laksana kaum nomaden karena sebagian besar menggendong ransel dan ada pula yang menenteng gulungan tikar serta karung wadah rambutan. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, sampailah kami di tempat tersebut. Kami pun langsung memesan makanan dan minuman. Dan, kisah 'gagal bersin' ini bermula ketika Pak Johan meminta bantuan salah seorang di antara kami untuk mengantarkan beliau ke ATM bank favoritnya. Menurut penuturan beliau, dirinya mengalami 'kesulitan likuiditas temporer' karena pada pagi harinya harus mengeluarkan sejumlah uang untuk keperluan sahabatnya (baca: Tak Rugi Jadi Nasabah 20 Tahun Bank Ini, oleh Johan Wahyudi). Namun kemudian Tante Paku menawarkan sebuah solusi bagus untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tatkala duo Pak Johan dan Tante Paku mendatangi kasir untuk membayar, naluri Mbak Niken sebagai orang pers tentu saja terbangkitkan. Mungkin ibu dua anak ini merasa ada sesuatu yang aneh karena semestinya hanya Pak Johan seorang yang 'boleh' bertanggung jawab dalam hal pembiayaan pesta kami. Mbak Niken pun akhirnya mendapat informasi yang menyebabkan kenapa 'duet maut' itu mesti terjadi. Dalam penilaian saya, paras Mbak Niken langsung berubah girang dan sumringah demi melihat kejadian tersebut - mungkin seperti orang yang baru mendapat jackpot jutaan dollar. Saya pun meledek Mbak Niken dengan mengatakan bahwa beliau pasti telah mendapat inspirasi ataupun ide yang bisa dijadikan bahan sekaligus senjata untuk mengolok-olok Pak Johan, baik melalui postingan di Kompasiana maupun di 'dunia nyata'. Tapi apa yang terjadi? Tak disangka, Pak Johan ternyata berhasil menyelesaikan permasalahannya seorang diri. Siang itu, tiang tetap lebih besar daripada pasak. Case closed. Pak Johan tidak memerlukan bantuan likuiditas dari siapapun. Demi melihat Pak Johan lolos dari lubang jarum dengan sangat dramatis, Mbak Niken saya lihat cukup kecewa. "Gagal, deh, dapat bahan postingan bagus," kira-kira begitulah komentarnya. Hmm, satu lagi kisah tentang 'gagal bersin yang sukses'....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H